Hati bisa rusak sebagaimana badan juga bisa rusak. Rusaknya hati bisa disebabkan banyak hal diantaranya:
1.Karena sibuknya hati pada selain Allah SWT. Dan bergantung pada selain-Nya. Ada beberapa hal yang menjadikan hati itu sibuk pada selain Allah, diantaranya adalah;
a.Cinta dunia dan tamak terhadapnya
b.Mencari aib orang lain. Membenci, dengki terhadap mereka.
c.Karena kurangnya dzikir terhadap Allah. Sebagaimana dalam sabda Rasul, “Perumpamaan orang yang ingat terhadap Allah dan yang tidak, adalah sebagaimana orang mati dan hidup”. Ibnu Qayyim mengomentari hadis ini, dan memberikan contoh, “Manusia dan dzikir bagaikan ikan dan air. Maka apabila ikan dipisah dari air niscaya akan mati. Demikian pula halnya manusia dengan dzikir”.
1.Dosa-dosa. Sebagaimana kita ketahui, banyaknya dosa menjadikan hati menjadi hitam. Allah SWT berfirman; “Sekali-kali (tidak), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka” (QS al-Muthaffifin 14). Makna “Raana atau ar-Raun” di ayat itu telah dijelaskan oleh Abu Hurairah, bahwa Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya seorang mukmin, apabila ia melakukan dosa, maka akan terbetik dihatinya noda hitam, apabila ia taubat dan beristighfar dari dosa tersebut. Maka noda itu akan hilang. Tetapi bila ia tambah maka akan bertambah pula noda tersebut, maka ia akan menutupi hatinya. Itulah “ar-Raun” yang disebutkan oleh Allah, sebagaimana firman Allah dalam surat al-Muthaffifin” (HR Ahmad dalam musnadnya, Nasai, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu Jarir).
2.Terlalu banyak bergaul dengan manusia. Hal ini perlu diketahui bahwa yang dimaksud dengan banyak bergaul, ialah yang membuat lupa kepada Allah SWT. Sekiranya bergaul itu bermanfaat, maka tidak menjadi masalah. Seperti melakukan amar makruf dan nahi mungkar.
3.Banyaknya makan dan minum. Imam Fudhail bin Iyad berkata, “Ada dua perbuatan yang membuat hati mati, banyak bicara dan banyak makan”. Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, beliau juga menjelaskan. ”Beliau ditanya tentang kebanyakan penyebab orang masuk kedalam Neraka, maka beliau menjawab, “Mulut dan kemaluan”.
Imam Syafi’i berkata dalam Nuzhatul Fudlola’ 2/667, “Saya tidak pernah kenyang selama 16 tahun kecuali sekali. Lalu aku masukkan tangan ke mulut kemudian aku muntahkan kembali. Karena kenyang membuat badan berat, mematikan hati, mengurangi kecerdasan, membuat tidur dan melemahkan dalam ibadah”.
Abu Sulaiman berkata segala sesuatu berkarat, dan karat hati adalah kenyang.
4.Banyak tidur, banyak manusia menyia-yiakan umurnya untuk tidur. Yang bagus adalah sepertiga umurnya digunakan untuk tidur, dan selebihnya digunakan untuk beribadah. Apabila melewati batas sehingga banyak meningalkan hal-hal yang wajib maka hatinya akan mati.
Adapun penyebab yang dapat menghidupkan hati, di antaranya adalah;
1.Dzikrullah. Manfaatnya telah diketahui bahwa orang yang mengingat Allah tidak akan mati hatinya dan tidak rusak. Rasul bersabda, “Perumpamaan orang yang ingat pada Allah dan yang tidak, seperti mati dan hidup” (Bukhari dalam bab keutamaan dzikir pada Allah)
2.Mengingat maut. Hal ini akan memendekkan khayalan. Dan mendorong untuk banyak beramal dan mengurangi dosa. Said Ibnu Jubair berkata; “Seandainya mengingat mati itu berpisah dari hatiku, saya takut hatiku akan rusak” (Nuzhatul Fudlala’ I/394).
3.Ziarah kubur. Ini sunah yang banyak ditinggalkan oleh kebanyakan orang shaleh, bahkan kaum muslimin pada umumnya. Padahal dia salah satu penghidup hati yang menghubungkan antara dia dan Rabnya.
Sofwan bin Salim biasa datang ke Baqi’. Suatu hari salah seorang yang shalih mengikutinya karena ingin melihat apa yang ia perbuat. Orang shalih itu bercerita, “Lalu duduklah Sofwan dan ia masih saja menangis, sehingga saya kasihan padanya. Saya mengira bahwa yang dikubur salah satu keluarganya. Dan ia melakukan demikian pada kesempatan yang lain. Lalu aku mengikutinya kemudian ia duduk di samping kuburan yang lain.
Dan ia melakukan hal yang serupa. Maka saya tanyakan hal ini pada Muhammad bin al Munkadir. Dan aku berkata, “ Sesungguhnya aku mengira yang dikubur sebagian keluarganya”. Maka Muhammad menjawab, “Mereka itu semuanya keluarga dan saudaranya. Memang dia itu adalah orang yang menggerakkan hatinya untuk mengingat mati setiap dia merasa hatinya keras”. (Nuzhatul Fudlala’ I/49.
4.Berkunjung ke orang yang shalih dan melihat apa yang mereka lakukan. Hal ini bermanfaat untuk menghidupkan hati, tetapi bila tidak bisa mengunjunginya, kita bisa membaca sejarah kehidupannya.
Jakfar bin Sulaiman berkata, “Saya dulu apabila merasa hatiku keras, maka saya pergi dan melihat wajah Muhammad bin Wasi’, dia dulu seperti kematian (mampu melunakkan hati)”.
Abu Hasf An Naisaburi berkata, “Saya menjaga hatiku 20 tahun kemudian Allah menjagaku 20 tahun” (Nuzhatul Fudlola’ II/913).
Senin, 03 November 2008
Abdurrahman bin Auf
Abdurrahman bin Auf termasuk kelompok delapan sahabat yang mula-mula masuk Islam. Ia termasuk sepuluh orang sahabat yang dijamin masuk surga oleh Rasululah. Selain itu, ia juga termasuk enam orang sahabat yang bermusyawarah dalam pemilihan khalifah menggantikan Umar bin Khaththab. Ia adalah seorang mufti yang dipercaya Rasulullah untuk berfatwa di Madinah.
Abdurrahman bin Auf masuk Islam sebelum Rasulullah SAW melakukan pembinaan di rumah Arqam bin Abil Arqam, kira-kira dua hari setelah Abu Bakar masuk Islam.
Ketika hijrah ke Madinah, Abdurrahman bin Auf dipersaudarakan dengan Sa'ad bin Rabi' Al-Anshari, salah seorang kaya yang pemurah di Madinah. Abdurrahman pernah ditawari Sa'ad untuk memilih salah satu dari dua kebunnya yang luas. Tapi, Abdurrahman menolaknya. Ia hanya minta kepada Sa'ad ditunjuki lokasi pasar di Madinah.
Sejak itu, Abdurahman bin Auf berprofesi sebagai pedagang dan memperoleh keuntungan yang cukup besar. Omset dagangannya pun makin besar, sehingga ia dikenal sebagai pedagang yang sukses.
Tapi, kesuksesan itu tak membuatnya lupa diri. Ia tak pernah absen dalam setiap peperangan yang dipimpin Rasulullah. Suatu hari, Rasulullah SAW berpidato membangkitakn semangat jihad dan pengorbanan kaum Muslimin. Beliau berkata, "Bersedekahlah kalian, karena saya akanmengirim pasukan ke medan perang."
Mendengar ucapan itu, Abdurrahman bin Auf bergegas pulang dan segera kembali ke hadapan Rasulullah. "Ya, Rasulullah, saya mempunyai uang empat ribu. Dua ribu saya pinjamkan kepada Allah, dan sisanya aya tinggalkan untuk keluarga saya," ucap Abdurrahman. Lalu Rasulullah mendoakannya agar diberi keberkahan oleh Allah SWT.
Ketika Rasulullah SAW membutuhkan banyak dana untuk menghadapi tentara Rum dalam perang Tabuk, Abdurrahman bin Auf menjadi salah satu pelopor dalam menyumbangkan dana. Ia menyerahkan dua ratus uqiyah emas. Melihat hal itu, Umar bin Khathab berbisik kepada Rasulullah SAW, "Agaknya Abdurrahman berdosa, dia tidak meninggalkan uang belanja sedikit pun untuk keluarganya."
Maka, Rasulullah pun bertanya kepada Abdurrahman, "Adakah engkau tinggalkan uang belanja untuk keluargamu?"
Abdurrahman menjawab, "Ada, ya Rasulullah. Mereka saya tinggalkan lebih banyak dan lebih baik daripda yang saya sumbangkan."
"Berapa?" Tanya Rasulullah.
Abdurrahman menjawab, "Sebanyak rizki, kebaikan, dan upah yang dijanjikan Allah." Subhanallah.
Sejak itu, rizki yang dijanjikan Allah terus mengalir bagaikan aliran sungai yang deras. Abdurrahman bin Auf kini telah menjadi orang terkaya di Madinah.
Suatu hari, iring-iringan kafilah dagang Abdurrahman bin Auf yang terdiri dari 700 ekor unta yang dimuati bahan pangan, sandang, dan barang-barang kebutuhan penduduk tiba di Madinah. Terdengar suara gemuruh dan hiruk-pikuk, sehingga Aisyah bertanya kepada seseorang, "Suara apakah itu?"
Orang itu menjawab, "Iring-iringan kafilah dagang Abdurrahman."
Aisyah berkata, "Semoga Allah melimpahkan berkah-Nya kepada Abdurrahman di dunia dan akhirat. Saya mendengar Rasulullah bersabda bahwa Abdurrahman bin Auf masuk surga dengan merangkak."
Orang itu langsung menemui Abdurrahman bin Auf dan menceritakan apa yang didengarnya dari Aisyah. Mendengar hal itu, ia pun bergegas menemui Aisyah. "Wahai Ummul Mukminin, apakah ibu mendengar sendiri ucapan itu dari Rasulullah?"
"Ya," jawab Aisyah.
"Seandainya aku sanggup, aku ingin memasuki surga dengan berjalan. Sudilah ibu menyaksikan, kafilah ini dengan seluruh kendaraan dan muatannya kuserahkan untuk jihad fi sabilillah."
Sejak mendengar bahwa dirinya dijamin masuk surga, semangat berinfak dan bersedekahnya makin meningkat. Tak kurang dari 40.000 dirham perak, 40.000 dirham emas, 500 ekor kuda perang,dan 1.500 ekor unta ia sumbangan untuk peruangan menegakkan panji-panji Islam di muka bumi. Mendengar hal itu, Aisyah mendoakan, "Semoga Allah memberinya minum dengan air dari telaga Salsabil (nama sebuah telaga di surga)."
Menjelang akhir hayatnya, Abdurrahman pernah disuguhi makanan oleh seseorang -- padahal ia sedang berpuasa. Sambil melihat makanan itu, ia berkata, "Mush'ab bin Umair syahid di medan perang. Dia lebih baik daripada saya. Waktu dikafan, jika kepalanya ditutup, makakakinya terbuka. Dan jika kakinya ditutup, kepalanya terbuka. Kemudian Allah membentangkan dunia ini bagi kita seluas-luasnya. Sungguh, saya amat takut kalau-kalau pahala untuk kita disegerakan Allah di dunia ini." Setelah itu, ia menangis tersedu-sedu.
Abdurrahman bin Auf wafat dengan membawa amalnya yang banyak. Saat pemakamannya, Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib berkata, "Anda telah mendapat kasih sayang Allah, dan anda telah berhasil menundukan kepalsuan dunia. Semoga Allah senantiasa merahmati anda. Amin." (sh)[masjid_annahl]
Abdurrahman bin Auf masuk Islam sebelum Rasulullah SAW melakukan pembinaan di rumah Arqam bin Abil Arqam, kira-kira dua hari setelah Abu Bakar masuk Islam.
Ketika hijrah ke Madinah, Abdurrahman bin Auf dipersaudarakan dengan Sa'ad bin Rabi' Al-Anshari, salah seorang kaya yang pemurah di Madinah. Abdurrahman pernah ditawari Sa'ad untuk memilih salah satu dari dua kebunnya yang luas. Tapi, Abdurrahman menolaknya. Ia hanya minta kepada Sa'ad ditunjuki lokasi pasar di Madinah.
Sejak itu, Abdurahman bin Auf berprofesi sebagai pedagang dan memperoleh keuntungan yang cukup besar. Omset dagangannya pun makin besar, sehingga ia dikenal sebagai pedagang yang sukses.
Tapi, kesuksesan itu tak membuatnya lupa diri. Ia tak pernah absen dalam setiap peperangan yang dipimpin Rasulullah. Suatu hari, Rasulullah SAW berpidato membangkitakn semangat jihad dan pengorbanan kaum Muslimin. Beliau berkata, "Bersedekahlah kalian, karena saya akanmengirim pasukan ke medan perang."
Mendengar ucapan itu, Abdurrahman bin Auf bergegas pulang dan segera kembali ke hadapan Rasulullah. "Ya, Rasulullah, saya mempunyai uang empat ribu. Dua ribu saya pinjamkan kepada Allah, dan sisanya aya tinggalkan untuk keluarga saya," ucap Abdurrahman. Lalu Rasulullah mendoakannya agar diberi keberkahan oleh Allah SWT.
Ketika Rasulullah SAW membutuhkan banyak dana untuk menghadapi tentara Rum dalam perang Tabuk, Abdurrahman bin Auf menjadi salah satu pelopor dalam menyumbangkan dana. Ia menyerahkan dua ratus uqiyah emas. Melihat hal itu, Umar bin Khathab berbisik kepada Rasulullah SAW, "Agaknya Abdurrahman berdosa, dia tidak meninggalkan uang belanja sedikit pun untuk keluarganya."
Maka, Rasulullah pun bertanya kepada Abdurrahman, "Adakah engkau tinggalkan uang belanja untuk keluargamu?"
Abdurrahman menjawab, "Ada, ya Rasulullah. Mereka saya tinggalkan lebih banyak dan lebih baik daripda yang saya sumbangkan."
"Berapa?" Tanya Rasulullah.
Abdurrahman menjawab, "Sebanyak rizki, kebaikan, dan upah yang dijanjikan Allah." Subhanallah.
Sejak itu, rizki yang dijanjikan Allah terus mengalir bagaikan aliran sungai yang deras. Abdurrahman bin Auf kini telah menjadi orang terkaya di Madinah.
Suatu hari, iring-iringan kafilah dagang Abdurrahman bin Auf yang terdiri dari 700 ekor unta yang dimuati bahan pangan, sandang, dan barang-barang kebutuhan penduduk tiba di Madinah. Terdengar suara gemuruh dan hiruk-pikuk, sehingga Aisyah bertanya kepada seseorang, "Suara apakah itu?"
Orang itu menjawab, "Iring-iringan kafilah dagang Abdurrahman."
Aisyah berkata, "Semoga Allah melimpahkan berkah-Nya kepada Abdurrahman di dunia dan akhirat. Saya mendengar Rasulullah bersabda bahwa Abdurrahman bin Auf masuk surga dengan merangkak."
Orang itu langsung menemui Abdurrahman bin Auf dan menceritakan apa yang didengarnya dari Aisyah. Mendengar hal itu, ia pun bergegas menemui Aisyah. "Wahai Ummul Mukminin, apakah ibu mendengar sendiri ucapan itu dari Rasulullah?"
"Ya," jawab Aisyah.
"Seandainya aku sanggup, aku ingin memasuki surga dengan berjalan. Sudilah ibu menyaksikan, kafilah ini dengan seluruh kendaraan dan muatannya kuserahkan untuk jihad fi sabilillah."
Sejak mendengar bahwa dirinya dijamin masuk surga, semangat berinfak dan bersedekahnya makin meningkat. Tak kurang dari 40.000 dirham perak, 40.000 dirham emas, 500 ekor kuda perang,dan 1.500 ekor unta ia sumbangan untuk peruangan menegakkan panji-panji Islam di muka bumi. Mendengar hal itu, Aisyah mendoakan, "Semoga Allah memberinya minum dengan air dari telaga Salsabil (nama sebuah telaga di surga)."
Menjelang akhir hayatnya, Abdurrahman pernah disuguhi makanan oleh seseorang -- padahal ia sedang berpuasa. Sambil melihat makanan itu, ia berkata, "Mush'ab bin Umair syahid di medan perang. Dia lebih baik daripada saya. Waktu dikafan, jika kepalanya ditutup, makakakinya terbuka. Dan jika kakinya ditutup, kepalanya terbuka. Kemudian Allah membentangkan dunia ini bagi kita seluas-luasnya. Sungguh, saya amat takut kalau-kalau pahala untuk kita disegerakan Allah di dunia ini." Setelah itu, ia menangis tersedu-sedu.
Abdurrahman bin Auf wafat dengan membawa amalnya yang banyak. Saat pemakamannya, Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib berkata, "Anda telah mendapat kasih sayang Allah, dan anda telah berhasil menundukan kepalsuan dunia. Semoga Allah senantiasa merahmati anda. Amin." (sh)[masjid_annahl]
Langganan:
Postingan (Atom)