Sabtu, 30 Agustus 2008
Marhaban ya Ramadhan
Tapi, dibalik itu semua ada sebuah fenomena unik yang kemudian menjadi tren yang sudah sangat luas dikalangan masyarakat. Kalau kita mengamati lebih jauh, maka ketika kita berjalan-jalan ke mal-mal atau tempat - tempat umum yang secara umum bisa kita sebut sarana-sarana lain yang mengelola produk barang dan jasa.
Sebulan sebelum masuknya bulan ramadhan, maka di mal - mal dan tempat-tempat perbelanjaan lainnya sudah sangat sibuk untuk mempersiapkan diri dalam rangka menyambut bulan tersebut. semua ruangan, setiap sudut di mal dihiasi dengan segala macam bentuk asesoris yang mampu menciptakan bahwa suasana Ramadhan benar-benar dirasakan di tempat tersebut.
Hal ini memang tidak salah, bahkan bisa dikatakan baik. Tapi yang menjadi pertanyaan kita selanjutnya adalah apakah muslim yang ada telah mempersiapkan diri secara maksimal untuk memasuki bulan tersebut, Jangan sampai mal-mal tersebut lebih siap untuk memasuki bulan ramadahan dibandingkan dengan kita sebagai muslim.
Silahkan kita evaluasi diri kita...... Marhaban yaa Ramadhan......Selamat melaksanakan ibadah puasa kepada seluruh Civitas Unhas......Raihlah keutamaan-keutamaan dibulan ini
0leh ; Arif A. M. Dullah
Jumat, 18 Juli 2008
Tentang Amanah
Aku sendiri??bagiku amanah adalah sesuatu yang harus dituntaskan secepatnya. Mungkin itu yang membuatku tidak pernah betah menjadi pengurus dalam bidang yang sama selama bertahun-tahun.Pokoknya kalo sudah selesai ya sudah. Tidak perlu ada improvisasi apalagi kebanggaan.
Penokohan. Barangkali banyak orang yang senang menjadi tokoh. Karena dengannya kita dikenal banyak orang, menjadi rujukan dalam bertindak, foto kita nangkring dimana-mana, dibutuhkan banyak orang, dan..dihargai. Itu yang paling penting. Tapi bagiku, menjadi tokoh membuat kita menjadi lebih mirip artis. Tidak punya privacy. Harus selalu kelihatan baik dihadapan banyak orang. Harus selalu tersenyum dalam keadaan susah maupun senang. Harus menjaga imej baik-baik agar tak jatuh. Pokoknya ribet deh.
Biasanya, jika mulai ada rasa ”dibutuhkan” dalam hatiku, aku mulai menghindar. Karena aku tidak suka menjadi orang yang dibutuhkan. Aku ingin menjadi orang yang bermanfaat saat ada, tapi kalo tidak ada tidak mengubah apa pun (tidak apa-apa ji maksudnya). Prinsip yang aneh
Tapi sebuah kesadaran lain mengetuk hatiku kini.Jika hidup dipenuhi pilihan, maka setiap orang harus punya sesuatu yang dipegang teguh agar tidak bingung menghadapi banyak pilihan.Pegangan itu bernama idealisme. Dan aku telah memilih islam sebagai idealismeku.Idealisme bagiku adalah sesuatu yang kita yakini kebenarannya, kita pegang teguh dan kita cintai. Dan salah satu konsekuensi dari cinta adalah bersedia mengorbankan apa pun yang kita punya.Apapun.
Maka tidak layak bagi seorang yang mengaku kader dakwah untuk tidak bersungguh-sungguh dalam berjuang atau ikut berjuang dalam barisan para mujahid hanya karena keinginan untuk memperoleh keuntungan materi, wanita,perhatian, popularitas dsb. Naudzubillah min dzalik. Sungguh, dakwah ini tidak menyediakan semua itu. Disini,di jalan dakwah ini hanya ada sumur-sumur amal yang akan kita gali untuk mencari mutiara lalu kita tukarkan dengan istana di surga Allah kelak. Sumur-sumur amal itu adalah amanah. Dan mutiaranya adalah pahala. Menurutku, memang ada tendensi yang harus kita cari. Tapi tendensi itu bernama gelar kesyahidan.Sebuah gelar nan agung yang akan disematkan oleh yang Maha Agung. Allah Rabbul Izzati.Ah, betapa indahnya jika nama kita disebut-sebut di kalangan penghuni langit. Lalu pundak kita akan ditepuk-tepuk oleh Rasulullah tercinta, dan Allah pun akan tersenyum pada kita.
Aduh, aku jadi malu membayangkannya. Apa aku pantas berharap seperti itu.Bukankah gelar itu juga yang menjadi obsesi para sahabat dan syuhada.Sebuah obsesi yang membuat mereka rela pergi dari negerinya tanpa membawa apa-apa. Rela menyerahkan hartanya dan menyisakan Allah dan Rasulnya kepada keluarga, rela meninggalkan kenikmatan nan halal di malam pertama demi memenuhi panggilan jihad. Sedangkan aku?Rasanya aku akan kalah bersaing dengan mereka.Tapi sudahlah, setidaknya aku juga punya mimpi seperti itu. Meskipun kata mujahidah farma masuk surga harus direncanakan, tapi aku yakin mimpi itulah yang akan meggerakkan kakiku agar semakin gesit melangkah untuk mempersembahkan yang terindah bagi dakwah ini. Lebih tepatnya untuk sebuah obsesi : Mencapai gelar syahidah, menjadi orang yang ditepuk pundaknya oleh Rasulullah, dan diberikan senyum oleh Allah.
Back to the first, sekarang saatnya untuk mengubah cara pandang tentang amanah (bagi yang keliru memaknai amanah), ataupun menyegarkan kembali pemahaman (jika pemahaman itu mulai usang) bahwa amanah adalah peluang untuk mencapai gelar kesyahidan. So,jika kita terobsesi dengan gelar syahidah, bersungguh-sungguhlah dalam menjalankan amanah.
Sabtu, 12 Juli 2008
Curhat Crew FKMKI
Dakwah ini, terlalu banyak pelajaran yang bisa kita gali. Bersyukurnya orang-orang yang ada di dalamnya
Sabtu, 28 Juni 2008
BARAKALLAHU FIIKUM
Senin, 31 Maret 2008
Ummu Salamah
Istri - istri Rasulullah SAW
Ummu Salamah r.a
Lembaran sejarah hijrah Ummat Islam ke Madinah, barangkali
tidak bisa melupakan torehan tinta seorang ibu dengan putrinya yang masih balita.
Keduanya, hanya dengan mengendarai unta dan tidak ada seorang
lelakipun yang menemaninya, meski kemudian ditengah jalan ada orang yang iba
dan kemudian mengantarnya, berani menembus kegelapan malam, melewati teriknya
siang dan melawan ganasnya padang sahara, mengarungi perjalanan yang amat panjang
dan melelahkan, kurang lebih 400 km. Dialah Salamah dan ibunya, Hindun bin Abi
Umayyah atau sejarah lebih sering menyebutnya dengan Ummu Salamah.
Ummu Salamah adalah putri dari pemuka kaum kaya dibani Mughirah,
Abi Umayyah. Parasnya jelita dan ia adalah seorang yang cerdas. Setelah menginjak
usia remaja ia dinikahkan dengan Abdullah bin Abdul Asad Al-Makhzumi. Lalu keduanya
berkat hidayah Allah SWT menyatakan keislamannya.
Ketika kaum Muslimin berhijrah keMadinah, keduanya ikut pula
didalamnya, meski tidak dalam waktu yang bersamaan. Abdullah (Abu Salamah) berangkat
terlebih dahulu, setelah itu Ummu Salamah menyusul seorang diri dengan anaknya.
Lalu mulailah mereka berdua menjalani kehidupannya bersama anak-anaknya dikota
Madinah tercinta.
Tapi tak lama kemudian Abu Salamah akibat luka yang dideritanya
semenjak perang Uhud meninggal dunia. Akhirnya Ummu Salamahpun seorang diri
mengasuh dan mendidik anak-anaknya.Kemudian datanglah Abu Bakar r.a untuk melamarnya,
juga Umar bin Khattab r.a. Namun dengan lemah lembut kedua lamaran tersebut
ia kembalikan.
Setelah itu datang pula utusan Rasulullah SAW untuk meminangnya.
Ummu Salamahpun menolaknya dengan berbagai pertimbangan. Namun setelah mendapat
penjelasan dari Rasulullah SAW akhirnya ia menerima lamaran tersebut.
Diantara para istri Rasulullah SAW, Ummu Salamah adalah istri
yang tertua. Dan untuk menghormatinya, Rasulullah SAW sebagaimana kebiasaannya
sehabis sholat Ashar, beliau mengunjungi istri-istrinya maka beliau memulainya
dengan Ummu Salamah r.a dan mengakhirinya dengan Aisyah r.a
Ummu Salamah wafat pada usia 84 th, bulan Dzul-Qo`dah,tahun
59 Hijrah atau 62 Hijrah dan dikebumikan diBaqi`. Wallahu a`lam bish-Showab.
( Diolah dari Shifatus Shofwah, Ibnu Jauzi;Min `Alamin Nisa;M.Quthb,dll)
Rabu, 19 Maret 2008
Khusus Ibu Muslimah

Jumat, 14 Maret 2008
Rumus Kecantikan Wanita
Mari kita simak syair indah dibawah ini:
Banyak lebah mendatangi bunga yang kurang harum
Banyak laki-laki tampan yang tertarik dan terpesona oleh wanita yang kurang cantik
Karena kecantikan yang sejati bukanlah cantiknya wajah tapi apa yang ada didalam dada