Social Icons

Pages

Tampilkan postingan dengan label Akhwat FKMKI. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Akhwat FKMKI. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 30 Agustus 2008

Marhaban ya Ramadhan

Bagi setiap orang utamanya bagi setiap manusia muslim bahwa bulan Ramadhan adalah bulan yang tidak asing lagi. Sebab bulan ini setiap tahunnya dilalui, setiap tahunnya ribuan bahkan jutaan umat islam melaksanakan ibadah puasa, sebab dalam bulan ini ladang amal terbuka lebar, ladang meraih pahala sebanyak-banyaknya begitu luas. Karena bulan ini, didalamnya terdapat satu malam yang disetarakan oleh Allah dengan seribu bulan. Makanya dalam tiap ibadah di bulan mendapatkan pahala dan keutamaan yang berlipat ganda disisi Allah.


Tapi, dibalik itu semua ada sebuah fenomena unik yang kemudian menjadi tren yang sudah sangat luas dikalangan masyarakat. Kalau kita mengamati lebih jauh, maka ketika kita berjalan-jalan ke mal-mal atau tempat - tempat umum yang secara umum bisa kita sebut sarana-sarana lain yang mengelola produk barang dan jasa.

Sebulan sebelum masuknya bulan ramadhan, maka di mal - mal dan tempat-tempat perbelanjaan lainnya sudah sangat sibuk untuk mempersiapkan diri dalam rangka menyambut bulan tersebut. semua ruangan, setiap sudut di mal dihiasi dengan segala macam bentuk asesoris yang mampu menciptakan bahwa suasana Ramadhan benar-benar dirasakan di tempat tersebut.

Hal ini memang tidak salah, bahkan bisa dikatakan baik. Tapi yang menjadi pertanyaan kita selanjutnya adalah apakah muslim yang ada telah mempersiapkan diri secara maksimal untuk memasuki bulan tersebut, Jangan sampai mal-mal tersebut lebih siap untuk memasuki bulan ramadahan dibandingkan dengan kita sebagai muslim.

Silahkan kita evaluasi diri kita...... Marhaban yaa Ramadhan......Selamat melaksanakan ibadah puasa kepada seluruh Civitas Unhas......Raihlah keutamaan-keutamaan dibulan ini

0leh ; Arif A. M. Dullah

Jumat, 18 Juli 2008

Tentang Amanah

Amanah, bagi sebagian orang mungkin bermakna kebanggaan karena ia datang sebagai wujud kepercayaan orang atas kemampuan kita dalam mengembannya. Sebagian lagi memaknainya sebagai anugrah karena dengannya kita punya otoritas untuk memerintah atau mengendalikan keadaan. Biasanya orang seperti ini akan begitu pongah dengan kekuasaannya. Sebagiannya lagi...menganggap amanah adalah beban yang mematahkan pundak dan membuat kita tak punya waktu untuk diri sendiri (dan untuk menyelesaikan kuliah misalnya).Biasanya, orang seperti ini kerap mengeluh dan mengkambing hitamkan amanah sebagai faktor penghambat kesuksesannya. Untuk orang yang memiliki kecerdasan emosional tinggi dan senang menyibukkan diri dengan berbagai aktivitas, menjalin kerjasama, membangun teamwork building, amanah adalah hobby. Sesuatu yang dijalani dengan enjoy tanpa tendensi apa-apa.


Aku sendiri??bagiku amanah adalah sesuatu yang harus dituntaskan secepatnya. Mungkin itu yang membuatku tidak pernah betah menjadi pengurus dalam bidang yang sama selama bertahun-tahun.Pokoknya kalo sudah selesai ya sudah. Tidak perlu ada improvisasi apalagi kebanggaan.
Penokohan. Barangkali banyak orang yang senang menjadi tokoh. Karena dengannya kita dikenal banyak orang, menjadi rujukan dalam bertindak, foto kita nangkring dimana-mana, dibutuhkan banyak orang, dan..dihargai. Itu yang paling penting. Tapi bagiku, menjadi tokoh membuat kita menjadi lebih mirip artis. Tidak punya privacy. Harus selalu kelihatan baik dihadapan banyak orang. Harus selalu tersenyum dalam keadaan susah maupun senang. Harus menjaga imej baik-baik agar tak jatuh. Pokoknya ribet deh.

Biasanya, jika mulai ada rasa ”dibutuhkan” dalam hatiku, aku mulai menghindar. Karena aku tidak suka menjadi orang yang dibutuhkan. Aku ingin menjadi orang yang bermanfaat saat ada, tapi kalo tidak ada tidak mengubah apa pun (tidak apa-apa ji maksudnya). Prinsip yang aneh
Tapi sebuah kesadaran lain mengetuk hatiku kini.Jika hidup dipenuhi pilihan, maka setiap orang harus punya sesuatu yang dipegang teguh agar tidak bingung menghadapi banyak pilihan.Pegangan itu bernama idealisme. Dan aku telah memilih islam sebagai idealismeku.Idealisme bagiku adalah sesuatu yang kita yakini kebenarannya, kita pegang teguh dan kita cintai. Dan salah satu konsekuensi dari cinta adalah bersedia mengorbankan apa pun yang kita punya.Apapun.
Maka tidak layak bagi seorang yang mengaku kader dakwah untuk tidak bersungguh-sungguh dalam berjuang atau ikut berjuang dalam barisan para mujahid hanya karena keinginan untuk memperoleh keuntungan materi, wanita,perhatian, popularitas dsb. Naudzubillah min dzalik. Sungguh, dakwah ini tidak menyediakan semua itu. Disini,di jalan dakwah ini hanya ada sumur-sumur amal yang akan kita gali untuk mencari mutiara lalu kita tukarkan dengan istana di surga Allah kelak. Sumur-sumur amal itu adalah amanah. Dan mutiaranya adalah pahala. Menurutku, memang ada tendensi yang harus kita cari. Tapi tendensi itu bernama gelar kesyahidan.Sebuah gelar nan agung yang akan disematkan oleh yang Maha Agung. Allah Rabbul Izzati.Ah, betapa indahnya jika nama kita disebut-sebut di kalangan penghuni langit. Lalu pundak kita akan ditepuk-tepuk oleh Rasulullah tercinta, dan Allah pun akan tersenyum pada kita.
Aduh, aku jadi malu membayangkannya. Apa aku pantas berharap seperti itu.Bukankah gelar itu juga yang menjadi obsesi para sahabat dan syuhada.Sebuah obsesi yang membuat mereka rela pergi dari negerinya tanpa membawa apa-apa. Rela menyerahkan hartanya dan menyisakan Allah dan Rasulnya kepada keluarga, rela meninggalkan kenikmatan nan halal di malam pertama demi memenuhi panggilan jihad. Sedangkan aku?Rasanya aku akan kalah bersaing dengan mereka.Tapi sudahlah, setidaknya aku juga punya mimpi seperti itu. Meskipun kata mujahidah farma masuk surga harus direncanakan, tapi aku yakin mimpi itulah yang akan meggerakkan kakiku agar semakin gesit melangkah untuk mempersembahkan yang terindah bagi dakwah ini. Lebih tepatnya untuk sebuah obsesi : Mencapai gelar syahidah, menjadi orang yang ditepuk pundaknya oleh Rasulullah, dan diberikan senyum oleh Allah.
Back to the first, sekarang saatnya untuk mengubah cara pandang tentang amanah (bagi yang keliru memaknai amanah), ataupun menyegarkan kembali pemahaman (jika pemahaman itu mulai usang) bahwa amanah adalah peluang untuk mencapai gelar kesyahidan. So,jika kita terobsesi dengan gelar syahidah, bersungguh-sungguhlah dalam menjalankan amanah.

Sabtu, 12 Juli 2008

Curhat Crew FKMKI

Dengan merasa memilki, kita akan paham seperti apa mencintai amanah, bagiku fkmki adalah rumah, dan ukhwah disana adalah adalah tempat berteduh...tempat berbagi.

Dakwah ini, terlalu banyak pelajaran yang bisa kita gali. Bersyukurnya orang-orang yang ada di dalamnya


Ada yang datang lalu pergi, ada yang hanya mampir, ada pula yang datang ke jamaah ini dan tidak akan pergi selamanya. Mungkin hingga nyawa terenggut. Mudah-mudahan salah satunya adalah aku, semoga...!.

Sabtu, 28 Juni 2008

BARAKALLAHU FIIKUM

SELAMAT KEPADA WISUDAWAN DAN WISUDAWATI UNHAS
SEMOGA ILMU YANG DIPEROLEH BISA BERMANFAAT BAGI AGAMA, MASYARAKAT DAN TANAH AIR

Senin, 31 Maret 2008

Ummu Salamah

Istri - istri Rasulullah SAW


Ummu Salamah r.a


Lembaran sejarah hijrah Ummat Islam ke Madinah, barangkali
tidak bisa melupakan torehan tinta seorang ibu dengan putrinya yang masih balita.


Keduanya, hanya dengan mengendarai unta dan tidak ada seorang
lelakipun yang menemaninya, meski kemudian ditengah jalan ada orang yang iba
dan kemudian mengantarnya, berani menembus kegelapan malam, melewati teriknya
siang dan melawan ganasnya padang sahara, mengarungi perjalanan yang amat panjang
dan melelahkan, kurang lebih 400 km. Dialah Salamah dan ibunya, Hindun bin Abi
Umayyah atau sejarah lebih sering menyebutnya dengan Ummu Salamah.


Ummu Salamah adalah putri dari pemuka kaum kaya dibani Mughirah,
Abi Umayyah. Parasnya jelita dan ia adalah seorang yang cerdas. Setelah menginjak
usia remaja ia dinikahkan dengan Abdullah bin Abdul Asad Al-Makhzumi. Lalu keduanya
berkat hidayah Allah SWT menyatakan keislamannya.


Ketika kaum Muslimin berhijrah keMadinah, keduanya ikut pula
didalamnya, meski tidak dalam waktu yang bersamaan. Abdullah (Abu Salamah) berangkat
terlebih dahulu, setelah itu Ummu Salamah menyusul seorang diri dengan anaknya.
Lalu mulailah mereka berdua menjalani kehidupannya bersama anak-anaknya dikota
Madinah tercinta.


Tapi tak lama kemudian Abu Salamah akibat luka yang dideritanya
semenjak perang Uhud meninggal dunia. Akhirnya Ummu Salamahpun seorang diri
mengasuh dan mendidik anak-anaknya.Kemudian datanglah Abu Bakar r.a untuk melamarnya,
juga Umar bin Khattab r.a. Namun dengan lemah lembut kedua lamaran tersebut
ia kembalikan.


Setelah itu datang pula utusan Rasulullah SAW untuk meminangnya.
Ummu Salamahpun menolaknya dengan berbagai pertimbangan. Namun setelah mendapat
penjelasan dari Rasulullah SAW akhirnya ia menerima lamaran tersebut.


Diantara para istri Rasulullah SAW, Ummu Salamah adalah istri
yang tertua. Dan untuk menghormatinya, Rasulullah SAW sebagaimana kebiasaannya
sehabis sholat Ashar, beliau mengunjungi istri-istrinya maka beliau memulainya
dengan Ummu Salamah r.a dan mengakhirinya dengan Aisyah r.a


Ummu Salamah wafat pada usia 84 th, bulan Dzul-Qo`dah,tahun
59 Hijrah atau 62 Hijrah dan dikebumikan diBaqi`. Wallahu a`lam bish-Showab.


( Diolah dari Shifatus Shofwah, Ibnu Jauzi;Min `Alamin Nisa;M.Quthb,dll)

Rabu, 19 Maret 2008

Khusus Ibu Muslimah


Segala puji bagi Allah. Semoga shalawat dan salam dilimpahkan kepada Rasulullah, para keluarga dan para sahabat beliau, serta kepada orang-orang yang mengikuti jalan dan petunjuk beliau sampai hari pembalasan.

Selanjutnya, saya tulis beberapa baris berikut ini untuk setiap ibu yang telah rela menjadikan Allah sebagai Robbnya, Islam sebagai agamanya dan Muhammad s.a.w. sebagai Nabinya, Saya menulisnya dari hati seorang anak yang saat-saat ini sedang merenungi firman Allah:

“Dan Robbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebik-baiknya, jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’, janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah: “wahai Robbku, kasihilah mereka berdua, sebagaimana mereka mendidik aku waktu kecil.” (Al-Isra’: 23-24)

“Dan Kami perintakan kepada manusua (agar berbuat baik) kepada kedua ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kedua ibu bapakmu.” (Luqman:14)

Saya menulis baris-baris ini kepada orang yang paling berhak mendapatkan perlakuan baik dariku.

Dari Abu Hurairah t. berkata: seseorang datang kepada Rasulullah e. dan bertanya : “wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak mendapatkan perlakuan baik dariku? Beliau menjawab : Ibumu. “tanyanya lagi : “kemudian siapa? Beliau menjawab : ‘Ibumu. ‘tanyanya lagi : ‘kemudian siapa? “Beliau menjawab : ‘Ibumu” kemudian tanyanya lagi : “kemudian siapa? Beliau mejawab : Bapakmu.” (muttafaq alaih).

Wahai ibuku, bagaimanakah saya harus mengungkapkan perasaan yang terpendam dalam hati ini? Tak ada ungkapan yang lebih benar, yang saya dapatkan, kecuali firman Allah swt:

“Katakanlah: ‘wahai Robbku, kasihilah mereka berdua, sebagimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (Al-Isra’:24).

Wahai ibuku, jadilah – semoga Alah memberi petunjuk – seorang yang mu’minah, yang beriman kepada Allah dan para RasulNya. Jadilah seorang yang rela menjadikan Allah sebagai Robbya, Islam sebagai agamanya, dan Muhammad e sebagai Nabi dan Rasulnya.


Dari Al-Abbas bin Abdul Muttalib r.a. bahwa Nabi e. pernah bersabda:

“Telah merasakan nikmatnya iman, orang yang rela menjadikan Allah sebagai Robbnya, Islam sebagi agamanya, dan Muhammad sebagai Rasulnya.” (riwayat Muslim).

Wahai ibuku, hendaklah ibu mempersiapkan diri dengan bekal taqwa kepada Allah s.w.t.

Allah swt. berfirman: “Dan berbekallah, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa.” (al-Baqarah:197).

Perhatikanlah Allah setiap saat, baik ibu dalam keadaan sembunyi maupun terang-terangan.

Allah berfirman: “Sesungguhnya bagi Allah tidak ada satupun yang tersembunyi di bumi dan tidak (pula) di langit.” (Ali Imran:5).

Wahai ibuku, sinarilah seluruh kehidupan ibu dengan sinar Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah e karena di dalam keduanya terdapat kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dan hindarilah wahai ibuku, dari perbuatan yang mengikuti hawa nafsu, karena Allah swt. Berfirman : “Maka apakah orang yang berpegang pada keterangan yang datang dari Robbnya sama dengan orang yang (telah dijadikan oleh syetan) memandang perbuatannya yang buruk itu sebagai perbuatan baik dan mengikuti hawa nafsunya.” (Muhammad:14).

Hendaklah akhlak ibu adalah Alqur’an. Dari Aisyah r.a. berkata: “Akhlak Nabi adalah alqur’an”.

Wahai ibuku, jadilah suri tauladan yang baik untuk anak-anak ibu, dan berhati-hatilah jangan sampai mereka melihat ibu melakukan perbuatan yang menyimpang dari perintah Allah dan RasulNya karena anak-anak biasanya banyak terpengaruh oleh ibunya.

Wahai ibuku, jadilah ibu sebagai isteri shalehah yang paling nikmat bagi sang suami, agar anak-anak ibu dapat terdidik dengan pertolongan Allah dalam suatu rumah yang penuh kebahagiaan suami isteri.

Wahai ibuku, saya wasiatkan – semoga Allah menjaga ibu dari segala kejahatan dan kejelekan- agar ibu memperhatikan kuncup-kuncup mekar dari anak-anak ibu dengan pendidikan Islam, karena mereka merupakan amanat dan tanggung jawab yang besar bagi ibu, maka peliharalah mereka dan berilah hak pembinaan mereka.

Allah swt. berfirman: “Dan orang-orang yang memelihara amanah dan janjinya.” (Al-Mu’minun:8).

Rasulullah saw bersabda: “Setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap kamu bertanggungjawab terhadap yang dipimpinnya.” (muttafaq alaih).

Wahai ibuku, hendaklah rumah ibu merupakan contoh yang ideal dan benar bagi rumah keluarga muslim, tidak terlihat di dalamya suatu yang diharamkan dan tidak pula terdengar suatu kemungkaran, sehingga anak-anak- dapat tumbuh dengan penuh keimanan, mempunyai akhlak yang baik, dan jauh dari setiap tingkah laku yang tidak baik.

Wahai ibuku, jadilah ibu –semoga Allah memberi taufiq kepada ibu untuk setiap kebaikan- sebagai isteri yang dapat bekerja sama dengan suami ibu dalam memahami problematika dan kesulitan yang dihadapi anak-anak, dan bersama-sama mencarikan upaya penyelesaiannya dengan cara yang benar. Hendaknya ibu bersama bapak mempunyai peranan yang besar dalam memilihkan teman-teman yang baik untuk mereka, dan menjauhkan mereka dari teman-teman yang tidak baik. Perhatikan penjagaan mereka, agar terjauhkan dari sarana yang merusak akhlak mereka, kerena kita sekarang berada pada zaman yang penuh dengan penganjur kerusakan, baik dari golongan manusia maupun dari golongan jin. Perhatikan sungguh-sungguh perkawinan putera-puteri ibu bapak pada masa lebih awal dan bantulah mereka, karena perkawinan itu akan lebih menjaga mata dan keselamatan seksual mereka, dimana Rasulullah saw. telah menunjukkan hal ltu.

Wahai ibuku, peliharalah shalat lima waktu pada waktunya masing-masing terutama shalat fajar, Allah swt. berfirman:

“Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (An-Nisa’:103).

Usahakan untuk selalu khusyu’ dalam shalat. Allah swt. berfirman: “Sesunguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya.” (Al-Mu’minun: 1-2).

Dan dengan itu, ibu menjadi suri tauladan yang baik bagi putera-puteri ibu.

Wahai ibuku, jadilah suri tauladan yang baik bagi putera-puteri ibu dalam keteguhan memakai pakaian hijab syar’i yang sempurna, terutama tutup wajah. Hal itu sebagai ketaatan kita pada perintah Sang Pencipta langit dan bumi dalam firmanNya:

“Hai Nabi, katakanlah kepada para isterimu, puteri-puterimu, para isteri orang-orang mu’min, agar mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah dikenal, karena itu mereka tidak digangu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Ahzab:59).

Wahai ibuku, handaknya rasa malu merupakan akhlak yang ibu miliki, karena demi Allah malu itu termasuk bagian dari iman.

Dari Ibnu Umar r.a. bahwa Rasulullah e. pernah melewati seorang dari kaum Anshar yang sedang menasehati saudaranya tentang rasa malu, kemudian Rasulullah saw. bersabda: “Biarkan dia, karena sesungguhnya malu itu termasuk bagian dari iman.” (Muttafaq alaih).


Wahai ibuku, hendaknya do’a kepada Allah merupakan senjata bagi ibu dalam mengarungi kehidupan ini, dan bergembiralah dengan akan datangnya kebaikan, karena Robb telah menjanjikan kita dengan firmannya:

“Dan tuhamu berfirman: ‘berdo’alah kepadaKu, niscaya akan Ku perkenankan bagimu.” (Al-Mu’min: 60).

Dari An-Nu’man bin Basyir dari Nabi bersabda:

“Do’a adalah ibadah.” (riwayat Abu Daud, dan Tirmizi, dan katanya: hadist hasan shahih).

Kepada Allah aku memohon agar menjaga ibu dengan penjagaanNya, memelihara ibu dengan pemeliharaanNya, membahagiakan ibu di dunia dan akhirat, dan mengumpulkan kita, ibu-ibu kita, bapak-bapak kita, dan seluruh kaum muslimin dan muslimat di dalam surgaNya yang ni’mat. Sesungguhnya Robbku Maha Dekat, Maha Mengabulkan dan Mendengarkan do’a....

Jumat, 14 Maret 2008

Rumus Kecantikan Wanita

Tidak cantik = Minder dan jarang disukai orang.
Cantik = Percaya diri, terkenal dan banyak yang suka.
AH MASA SIH??
Itulah sekelumit rumus yang ada dalam fikiran wanita atau bisa juga akhwat. Sebuah rumus simple namun amat berbahaya. Darimanakah asal muasal rumus ini? Bisa jadi dari media ataupun oleh opini masyarakat yang juga telah teracuni oleh media- baik cetak maupun elektronik- bahwa kecantikan hanya sebatas kulit luar saja. Semua warga Indonesia seolah satu kata bahwa yang cantik adalah yang berkulit putih, tinggi semampai, hidung mancung, bibir merah, mata jeli, langsing, dll. Akibatnya banyak kaum hawa yang ingin memiliki image cantik seperti yang digambarkan khalayak ramai, mereka tergoda untuk membeli kosmetika yang dapat mewujudkan mimpi-mimpi mereka dan mulai melalaikan koridor syari’at yang telah mengatur batasan-batasan untuk tampil cantik. Ada yang harap-harap cemas mengoleskan pemutih kulit, pelurus rambut, mencukur alis, mengeriting bulu mata, mengecat rambut sampai pada usaha memancungkan hidung melalui serangkaian treatment silikon, dll. Singkat kata, mereka ingin tampil secantik model sampul, bintang iklan ataupun teman pengajian yang qadarullah tampilannya memikat hati. Maka tidak heran setiap saya melewati toko kosmetik terbesar di kota saya, toko tersebut tak pernah sepi oleh riuh rendah kaum hawa yang memilah milih kosmetik dalam deretan etalase dan mematut di depan kaca sambil terus mendengarkan rayuan manis dari si mba SPG.
Kata cantik telah direduksi sedemikian rupa oleh media, sehingga banyak yang melalaikan hakikat cantik yang sesungguhnya. Mereka sibuk memoles kulit luar tanpa peduli pada hati mereka yang kian gersang. Tujuannya? Jelas, untuk menambah deretan fans dan agar kelak bisa lebih mudah mencari pasangan hidup, alangkah naifnya. Faktanya, banyak dari teman-teman pengajian saya yang sukses menikah bukanlah termasuk wanita yang cantik ataupun banyak kasus yang muncul di media massa bahwa si cantik ini dan itu perkawinannya kandas di tengah jalan. Jadi, tidak ada korelasi antara cantik dan kesuksesan hidup!.
Teman-teman saya yang sukses menikah walaupun tidak cantik-cantik amat tapi kepribadiannya amat menyenangkan, mereka tidak terlalu fokus pada rehab kulit luar tapi mereka lebih peduli pada recovery iman yang berkelanjutan sehingga tampak dalam sikap dan prinsip hidup mereka, kokoh tidak rapuh. Pun, jika ada teman yang berwajah elok mereka malah menutupinya dengan cadar supaya kecantikannya tidak menjadi fitnah bagi kaum adam dan hanya dipersembahkan untuk sang suami saja, SubhanAlloh. Satu kata yang terus bergema dalam hidup mereka yakni bersyukur pada apa-apa yang telah Alloh berikan tanpa menuntut lagi, ridho dengan bentuk tubuh dan lekuk wajah yang dianugerahkan Alloh karena inilah bentuk terbaik menurut-Nya, bukan menurut media ataupun pikiran dangkal kita. Kalau kita boleh memilih, punya wajah dan kepribadian yang cantik itu lebih enak tapi tidak semua orang dianugerahi hal semacam itu, itulah ke maha adilan Alloh, ada kelebihan dan kekurangan pada diri tiap orang. Dan satu hal yang pasti, semua orang bertingkah laku sesuai pemahaman mereka, jika kita rajin menuntut ilmu agama InsyaAlloh gerak-gerik kita sesuai dengan ilmu yang kita miliki. Demikian pula yang terjadi pada wanita-wanita yang terpaku pada kecantikan fisik semata, menurut asumsi saya, mereka merupakan korban-korban iklan dan kurang tekun menuntut ilmu agama, sehingga lahirlah wanita-wanita yang berpikiran dangkal, mudah tergoda dan menggoda. Mengutip salah satu hadist, Rasulullah Shalallahu ’alaihi wa sallam bersabda :
Siapa yang Alloh kehendaki kebaikan baginya, Alloh akan pahamkan ia dalam agamanya”(Shahih, Muttafaqun ‘alaihi).
Hadist diatas dijelaskan oleh Syaikh Ibnu Baz bahwa ia menunjukkan keutamaan ilmu. Jika Alloh menginginkan seorang hamba memperoleh kebaikan, Alloh akan memahamkan agama-Nya hingga ia dapat mengetahui mana yang benar dan mana yang bathil, mana petunjuk mana kesesatan. Dengannya pula ia dapat mengenal Rabbnya dengan nama dan sifat-sifat-Nya serta tahu keagungan hak-Nya. Ia pun akan tahu akhir yang akan diperoleh para wali Alloh dan para musuh Alloh.
Syaikh Ibnu Baz lebih lanjut juga mengingatkan betapa urgennya menuntut ilmu syari’at:
“Adapun ilmu syar’i, haruslah dituntut oleh setiap orang (fardhu ‘ain), karena Alloh menciptakan jin dan manusia untuk beribadah dan bertaqwa kepada-Nya. Sementara tidak ada jalan untuk beribadah dan bertaqwa kecuali dengan ilmu syar’i, ilmu Al-Qur’an dan as Sunnah”.
Kita sadari sejak semula bahwa Alloh menciptakan kita tidak dengan sia-sia. Kita dituntut untuk terus menerus beribadah kepadaNya. Ilmu agama yang harus kita gali adalah ilmu yang Ittibaurrasul (mencontoh Rasulullah) sesuai pemahaman generasi terbaik yang terdahulu (salafusshalih), itu adalah tugas pokok dan wajib. Jika kita berilmu niscaya kita akan mengetahui bahwa mencukur alis (an-namishah), tatto (al-wasyimah), mengikir gigi (al-mutafallijah) ataupun trend zaman sekarang seperti menyambung rambut asli dengan rambut palsu (al-washilah) adalah haram karena perbuatan-perbuatan tersebut termasuk merubah ciptaan Alloh. Aturan-aturan syari’at adalah seperangkat aturan yang lengkap dan universal, sehingga keinginan untuk mempercantik diri seyogyanya dengan tetap berpedoman pada kaidah-kaidah syara’ sehingga kecantikan kita tidak mendatangkan petaka dan dimurkai Alloh. Apalah gunanya cantik tapi hati tidak tentram atau cantik tapi dilaknat oleh Alloh dan rasul-Nya, toh kecantikan fisik tidak akan bertahan lama, ia semu saja. Ada yang lebih indah dihadapan Alloh, Rabb semesta alam, yaitu kecantikan hati yang nantinya akan berdampak pada mulianya akhlaq dan berbalaskan surga. Banyak-banyaklah introspeksi diri (muhasabah), kenali apa-apa yang masih kurang dan lekas dibenahi. Jangan ikuti langkah-langkah syaitan dengan melalaikan kita pada tugas utama karena memoles kulit luar bukanlah hal yang gratis, ia butuh waktu dan biaya yang tidak sedikit. Bukankah menghambur-hamburkan uang (boros) adalah teman syaitan?. JADI, mari kita ubah sedikit demi sedikit mengenai paradigma kecantikan.
Faham Syari’at = CANTIK
Tidak Faham Syari’at = Tidak CANTIK sama sekali!
Bagaimana? setuju?.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah Shalallahu ’alaihi Wa sallam bersabda:”Innallaha la yanzhuru ila ajsamikum wa la ila shuwarikum walakin yanzhuru ila qulubikum”
Sesungguhnya Allah tidak melihat fisik kalian dan rupa kalian akan tetapi Allah melihat hati dan kalian” (HR. Muslim)
Mari kita simak syair indah dibawah ini:

Banyak lebah mendatangi bunga yang kurang harum
Karena banyaknya madu yang dimiliki bunga
Tidak sedikit lebah meninggalkan bunga yang harum karena sedikitnya madu
Banyak laki-laki tampan yang tertarik dan terpesona oleh wanita yang kurang cantik
Karena memiliki hati yang cantik
Dan tidak sedikit pula wanita cantik ditinggalkan laki-laki karena jelek hatinya
Karena kecantikan yang sejati bukanlah cantiknya wajah tapi apa yang ada didalam dada
Maka percantiklah hatimu agar dicintai dan dirindukan semua orang.
Wallahu ‘alam bisshowab (ummu Zahwa).
Maroji’ : 297 Larangan Dalam Islam dan Fatwa-Fatwa Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, Syaikh Ali Ahmad Abdul ‘Aal ath-Thahthawi.
sumber :