Bencana-bencana Waktu
1. Lalai.
Ini adal;ah penyakit pikiran. Kejadian peristiwa selalu dilihat dari lahirnya saja. Kurang memperhatikan hakikat dibalik kejadian dan sebab utama kejadian. Contoh sederhana, bencana alam yang banyak terjadi selalu ditinjau dari aspek lahiriyah belaka, tidak pernah dilihat dari sisi lain, yaitu hukum kausalitas dalam ajaran Islam bahwa siapa saja yang melenceng dari syari'at Allah pasti ada resikonya yaitu musibah yang mengerikan.
Ini adal;ah penyakit pikiran. Kejadian peristiwa selalu dilihat dari lahirnya saja. Kurang memperhatikan hakikat dibalik kejadian dan sebab utama kejadian. Contoh sederhana, bencana alam yang banyak terjadi selalu ditinjau dari aspek lahiriyah belaka, tidak pernah dilihat dari sisi lain, yaitu hukum kausalitas dalam ajaran Islam bahwa siapa saja yang melenceng dari syari'at Allah pasti ada resikonya yaitu musibah yang mengerikan.
2. Menunda Pekerjaan
Menunda pekerjaan adalah di antara musibah-musibah waktu. "Nanti", "besok", "sebentar", "kapan-kapan" adalah di antara senjata pamungkas para penunda waktu.
Pernah ada seseoran yang meminta nasehat seorang lali-laki shalih dari BaniAbdil Qais , Ia hanya berkata dengan singkat, "waspadalah dari berkata "nanti". Ada juga yang mengatakan bahwa kata "nanti" adalah salah satu dari tentara iblis.
Menunda pekerjaan adalah di antara musibah-musibah waktu. "Nanti", "besok", "sebentar", "kapan-kapan" adalah di antara senjata pamungkas para penunda waktu.
Pernah ada seseoran yang meminta nasehat seorang lali-laki shalih dari Bani
3.Mencerca Zaman
Di antara penyakit orang lemah adalah senang mencerca zaman. Ini sebenarnya prilaku orang-orang malas. Ketidakberdayaannya dalam melawan kemalasan dibungkus dengan cercaan kepada zaman di mana ia berada. Padahal Rasulullah melarang kita mencela zaman, karena zaman dan kejadian yang terjadi di dalamnya itu adalah ketentuan dari Allah.
Di antara penyakit orang lemah adalah senang mencerca zaman. Ini sebenarnya prilaku orang-orang malas. Ketidakberdayaannya dalam melawan kemalasan dibungkus dengan cercaan kepada zaman di mana ia berada. Padahal Rasulullah melarang kita mencela zaman, karena zaman dan kejadian yang terjadi di dalamnya itu adalah ketentuan dari Allah.
Dikutip dari http://www.wahdah.or.id/