Social Icons

Pages

Senin, 21 November 2011

Kiat Sukses Berdakwah

Berdakwah tidak boleh asal. Harus memakai kiat-kiat jitu, sebagai bentuk usaha optimal agar Allah mengkaruniakan kesuksesan. Berikut ini beberapa kiat yang bisa dilakukan untuk dakwah yang sukses.

1. Ikhlas lillahi ta’ala.
Bagaimanapun juga, ikhlas adalah syarat agar Allah memberikan taufiq dan pertolongan terhadap amalan yang kita lakukan. Jika Allah sudah menjadi penyerta dan penolong kita, siapa yang bisa menghalangi?

2. Selalu berpegang teguh pada norma dan aturan Islam.
Karena berdakwah itu mengajak manusia pada norma dan aturan Islam, maka prosesnya pun harus dilakukan sesuai dengan norma dan aturan Islam. Apakah pantas kita mendakwahkan Islam dengan cara-cara yang bertentangan dengan norma dan aturan Islam?


3. Miliki fikrah yang syamilah (komprehensif, menyeluruh, tidak parsial).
Islam adalah agama yang syamil. Inilah materi yang mesti kita dakwahkan. Jangan sampai kita menyebarluaskan persepsi yang parsial mengenai Islam.

4. Mu’ashirah (mengikuti perkembangan zaman).
Peradaban dan cara hidup manusia terus berkembang dari waktu ke waktu. Perkembangan ini harus disadari oleh para dai. Materi yang didakwahkan dan cara-cara berdakwah harus menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Jika tidak, dakwah akan dianggap sebagai sesuatu yang kuno, membosankan, dan akan ditinggalkan oleh orang.

5. Memanfaatkan segenap sarana, tidak hanya dengan kata-kata.
Sekarang ini banyak sekali sarana-sarana yang bisa dipakai untuk berdakwah. Dengan sarana-sarana baru ini, diharapkan dakwah akan tampil lebih menarik. Dengan bantuan komputer, slide, video dan multimedia misalnya, dakwah akan terlihat lebih menarik. Demikian pula dakwah jangan hanya sebatas retorika, tetapi harus dibarengi dengan keteladanan. Saat ini masyarakat sangat membutuhkan keteladanan ditengah-tengah kehidupan yang tidak karuan. Seorang dai yang bisa dijadikan teladan akan menjadi daya tarik tersendiri.

6. Think globally, act locally.
Di zaman yang sudah serba global ini, kita juga harus memiliki cara berpikir yang global. Jangan sampai pikiran kita sempit dan picik. Meski demikian, tindakan dan aksi tetap harus bersifat lokal, sesuai dengan tantangan, situasi, dan kondisi tempat dimana kita berada.

7. Tidak melupakan dakwah fardiyah.
Dakwah bukan hanya berceramah dalam suatu kegiatan tabligh akbar, lalu selesai. Para obyek dakwah memerlukan pendekatan yang bersifat lebih personal. Dengan pendekatan personal, obyek dakwah akan merasa lebih diperhatikan. Disamping itu, pendekatan personal memungkinkan mutaba’ah (evaluasi) terhadap obyek dakwah, sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh forum-forum besar seperti majelis taklim dan tabligh akbar.

8. Perhatikan pentahapan dan fiqih prioritas.
Jangan tergesa-gesa ketika berdakwah. Untuk bisa menjadi baik, seseorang butuh proses, dan proses butuh waktu. Perubahan menjadi lebih baik harus dilakukan perlahan-lahan, tidak bisa berlangsung seketika seperti membalik telapak tangan. Beban-beban ibadah harus diberikan secara bertahap, mulai dari yang paling ringan, kemudian meningkat lebih berat, kemudian lebih berat lagi, dan demikian seterusnya.

9. Tahu medan dan menyesuaikan diri dengan medan.
Seorang dai harus mengetahui medan dakwahnya. Masyarakat seperti apa yang dihadapi. Permasalahan apa yang sedang dihadapi oleh masyarakat. Tantangan-tantangan apa saja yang ada dan berpotensi menghadang. Demikian pula bahasa apa dan cara seperti apa yang disukai oleh masyarakat. Hendaknya seorang dai berdakwah dengan menggunakan bahasa kaumnya, dan menyesuaikan kadar akal mereka.

10. Para dainya hendaknya memiliki bekal yang mencukupi, baik itu bekal ruhiyah (spiritual), tsaqafiyah (ilmu dan wawasan), maliyah (finansial), jasadiyah (fisik), maupun idariyah (manajerial). Tanpa bekal yang cukup, seorang dai pasti akan merasa berat atau bahkan tidak mampu untuk menanggung beban dan menghadapi tantangan-tantangan yang ada selama berdakwah.

11. Jaga ukhuwah dan soliditas, hindari perpecahan, dan kedepankan syura.
Berdakwah membutuhkan amal jama’i (kerjasama, teamwork), bukan amal nafsi-nafsi. Karena keniscayaan amal jama’i inilah, ukhuwah dan soliditas menjadi sangat penting. Sebaliknya, perpecahan akan melemahkan dakwah. Untuk bisa menguatkan ukhuwah dan soliditas, hendaknya kita menjunjung tinggi prinsip syura. Pecahkanlah dan bahaslah permasalahan-permasalahan penting melalui syura. Jika syura dilakukan dengan baik, insyaallah potensi perpecahan akan bisa diminimalkan.

12. Perhatikan kaderisasi.
Dakwah adalah sebuah proses yang panjang. Lebih panjang dari umur seorang manusia. Lebih panjang dari umur satu generasi. Untuk itu, diperlukan kaderisasi agar dakwah bisa terus berjalan dari generasi ke generasi. Kaderisasi penting untuk memastikan ketersediaan para dai yang berkualitas dari generasi ke generasi, dari waktu ke waktu.

13. Lakukan staffing dan pengorganisasian SDM sesuai dengan potensi.
Ini penting dilakukan agar setiap orang mendapatkan peran terbaik dalam amal dakwah. Harapannya, hasil dakwah pun bisa maksimal. Penempatan SDM yang salah akan menyebabkan inefisiensi, dan bahkan ketidakpuasan dan gejolak. Ini tentu saja kerugian bagi dakwah.

14. Terapkan manajemen yang baik.
Sudah sama-sama diketahui bahwa kejahatan yang terorganisasi bisa mengalahkan kebaikan yang tidak terorganisasi. Agar ini tidak terjadi, kebaikan harus di-manage dengan baik. Tidak terkecuali dakwah. Manajemen dalam dakwah meliputi banyak hal. Mulai dari analisis, perencanaan (long-term, mid-term, short term; strategis, taktis, teknis), implementasi, kontrol dan evaluasi.

15. Padukan antara fiqih dakwah dan management tools.
Seorang dai mesti memahami fiqih dakwah sebelum berdakwah. Namun fiqih dakwah saja tidak cukup karena fiqih dakwah hanya sebuah konsep. Diperlukan juga tools yang bersifat praktis untuk mendukung konsep-konsep fiqih dakwah yang sudah dipahami. Tools itu tidak lain adalah management tools.
sumber:
Menara Islam

Senin, 24 Oktober 2011

Surah Al Hajj (22) : 34


وَلِكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنسَكًا لِيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَى مَا رَزَقَهُم مِّن بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ فَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَلَهُ أَسْلِمُوا وَبَشِّرِ الْمُخْبِتِينَ
Walikulli ommatin jaAAalna mansakan liyathkuroo isma Allahi AAala ma razaqahum min baheemati alanAAami failahukum ilahun wahidun falahu aslimoo wabashshiri almukhbiteena


Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzkikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah),

Dr. M. Taqiud-Din & Dr. M. Khan:
And for every nation We have appointed religious ceremonies, that they may mention the Name of Allah over the beast of cattle that He has given them for food. And your Ilah (God) is One Ilah (God Allah), so you must submit to Him Alone (in Islam). And (O Muhammad r) give glad tidings to the Mukhbitin (those who obey Allah with humility and are humble from among the true believers of Islamic Monotheism),

Yusuf Ali:
To every people did We appoint rites (of sacrifice), that they might celebrate the name of Allah over the sustenance He gave them from animals (fit for food). But your Allah is One Allah. submit then your wills to Him (in Islam): and give thou the good news to those who humble themselves,-
Dibuat oleh SalafiDB

Selasa, 11 Oktober 2011

Surah Annur : 22

[An-Nur (24) : 22]
Pelajaran yang bisa diambil dari ayat ini, baca disini

Indonesian
Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,

Sahih International
And let not those of virtue among you and wealth swear not to give [aid] to their relatives and the needy and the emigrants for the cause of Allah , and let them pardon and overlook. Would you not like that Allah should forgive you? And Allah is Forgiving and Merciful.

Muhsin Khan
And let not those among you who are blessed with graces and wealth swear not to give (any sort of help) to their kinsmen, Al-Masakin (the poor), and those who left their homes for Allah's Cause. Let them pardon and forgive. Do you not love that Allah should forgive you? And Allah is Oft-Forgiving, Most Merciful.

Pickthall
And let not those who possess dignity and ease among you swear not to give to the near of kin and to the needy, and to fugitives for the cause of Allah. Let them forgive and show indulgence. Yearn ye not that Allah may forgive you? Allah is Forgiving, Merciful.

Yusuf Ali
Let not those among you who are endued with grace and amplitude of means resolve by oath against helping their kinsmen, those in want, and those who have left their homes in Allah's cause: let them forgive and overlook, do you not wish that Allah should forgive you? For Allah is Oft-Forgiving, Most Merciful.

Shakir
And let not those of you who possess grace and abundance swear against giving to the near of kin and the poor and those who have fled in Allah's way, and they should pardon and turn away. Do you not love that Allah should forgive you? And Allah is Forgiving, Merciful.

Dr. Ghali
And let not the ones endowed with the Grace (of Allah) and affluence swear off bringing (charity) to near of kin (Literally: endowed with kinship) and the indigent and to the ones emigrating in the way of Allah; and let them be clement and let them pardon. Do you not love that Allah should forgive you? And Allah is Ever-Forgiving, Ever-Merciful.