Sabtu, 28 Juni 2008
BARAKALLAHU FIIKUM
Dzulqarnain bukan Alexander Agung
Perbedaan masa antara Dzulqarnain yang hidup pada zaman Nabi Ibrahim dan Alexander yang dekat dengan zaman Nabi Isa terpaut 2000 tahun lebih. Berikut ini adalah beberapa fakta yang dapat membuktikannya:
SIAPAKAH DZULQARNAIN ITU?
Sebagaimana Allah swt. dalam firman-Nya:
Ingatlah Kematian
"Heran aku kepada manusia Seandainya mereka mau introspeksi diri, melihat dan melewatkan dunia pada yang lain, mereka akan tahu bahwa dunia itu hanyalah sebuah jembatan Tidak ada kebanggaan sejati, kecuali kebanggaan orang-orang yg bertaqwa Kelak ketika Allah mengumpulkan semua makhluk di padang mahsyar mereka akan tahu bahwa bertaqwa dan berbakti adalah simpanan yang terbaik.
Aku heran pada manusia yang begitu sombong padahal besok ia akan dikubur tanpa punya kuasa untuk menyegerakan yang diharapkan dan menangguhkan yang ditakuti semua yang ia usahakan berpindah pada orang lain."
"Bagianmu dari seluruh harta yang kamu kumpulkan sepanjang hidupmu hanyalah dua lapis kain kafan yang akan membungkus tubuhmu dan sebutir obat pengawet tubuh."
"Tidak ada sesuatu pun yang kamu lihat gemerlapan itu abadi karena yang abadi hanyalah Tuhan harta dan anak-anakmu akan lenyap. Kaum 'Aad sudah pernah ingin abadi, tetapi gagal. Begitu pula dengan Sulaiman sang pengendali angin, manusia, hewan dan jin.
Mana raja yang dahulu pernah paling berjaya di muka bumi ?
Di akhirat kelak semua akan tunduk dan tak mampu berdusta."
"Ingatlah kematian yang akan melanyapkan segala kenikmatan dan bersiaplah menghadapi kematian yang pasti akan datang."
Ingatlah kematian, niscaya kamu akan mendapatkan kenikmatan. Ingat kematian dapat mematahkan angan-angan yang kosong belaka."
"Akan ku ingat terus kematian, tanpa kenal rasa takut karena hatiku sangat keras laksana seonggok batu Akan kuburu terus dunia, karena aku merasa akan hidup lama meski dibelakangku kematian terus membuntuti jejak langkahku Ketahuilah, kematian seharusnya sudah cukup sebagai pelajaran dan ia telah ditentukan kepada siapa saja dan ia menunggu di sekitarnya tanpa ada yang bisa selamat darinya."
"Hai orang yang tertipu, kenapa kamu masih asyik bermain dengan sejuta harapan ketika ajal kematianmu sudah sangat dekat?
Seharusnya kamu tahu, sesungguhnya rakus adalah samudera luas yang menjauhkan bahtera dunia ke tengah-tengahnya.
Rasulullah SAW bersabda, 'Tuhanmu yang Maha Perkasa lagi Maha Agung berfirman, "Aku tidak menghimpun pada hambaku dua ketakutan sekaligus, dan tidak menghimpun dua rasa aman sekaligus. "Barangsiapa yang takut pada-Ku di dunia, Aku akan membuatnya aman di akhirat. Dan, barangsiapa yang merasa aman dari-Ku di dunia, Aku akan membuatnya takut di akhirat."
"Ketika kau dilahirkan ibumu, kamu menangis sementara orang-orang di sekelilingmu tertawa maka buatlah pada hari kematianmu mereka menangis sementara kamu tersenyum."
"Kuburan yang diam membisu itu sebenarnya sedang memberikan pelajaran kepadamu waktu-waktu yang terus berlalu telah mengabarkan berita kematianmu tetapi kamu malah asyik terlena dengan kesenangan-kesenangan dunia nafsumu berbisik padamu bahwa kamu masih hidup, dan belum mati."
"Ada dua hal yang meskipun ditangisi dengan cucuran air mata darah tetapi tidak akan pernah kembali yaitu lepasnya masa muda dan matinya orang-orang yang kita cintai."
Senin, 16 Juni 2008
Toilet Berbentuk Perempuan Berjilbab di Israel
Media massa Israel baru-baru ini melansir foto sarana buang air kecil yang dikeluarkan sebuah perusahaan di Israel, berbentuk perempuan berjilbab.
Jenis tempat buang air kecil ini, menurut media massa Israel sangat laris di p asaran Israel.
Sejumlah sumber seperti dikutip Albawaba menyebutkan bahwa bentuk toilet itu memang diarahkan untuk menghina simbol Islam dan kaum Muslimin.
Produk pertamanya berasal dari AS dan diimpor ke Israel. Kini, bentuk toilet seperti ini sangat banyak didapati di Israel (na-str/albwb/eramuslim)
Minggu, 15 Juni 2008
Hadist 19 Mintalah pada Allah
(Riwayat Turmuzi dan dia berkata : Haditsnya hasan shahih).
Pelajaran yang terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث :
1. Perhatian Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam dalam mengarahkan umatnya serta menyiapkan generasi mu’min idaman.
2. Termasuk adab pengajaran adalah menarik perhatian pelajar agar timbul keinginannya terhadap pengetahuan sehingga hal tersebut lebih terkesan dalam dirinya.
3. Siapa yang konsekwen melaksanakan perintah-perintah Allah, nicsaya Allah akan menjaganya di dunia dan akhirat.
4. Beramal shalih serta melaksanakan perintah Allah dapat menolak bencana dan mengeluarkan seseorang dari kesulitan.
5. Tidak mengarahkan permintaan apapun (yang tidak dapat dilakukan makhluk) selain kepada Allah semata.
6. Manusia tidak akan mengalami musibah kecuali berdasarkan ketetapan Allah ta’ala .
7. Menghormati waktu dan menggunakannya kepada sesuatu yang bermanfaat sebagaimana Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam memanfaatkan waktunya saat beliau berkendaraan.
Hadist 18 Kebaikan Menghapus Kesalahan
(Riwayat Turmuzi, dia berkata haditsnya hasan, pada sebagian cetakan dikatakan hasan shahih).
Pelajaran yang terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث :
1. Takwa kepada Allah merupakan kewajiban setiap muslim dan dia merupakan asas diterimanya amal shalih.
2. Bersegera melakukan ketaatan setelah keburukan secara langsung, karena kebaikan akan menghapus keburukan.
3. Bersungguh-sungguh menghias diri dengan akhlak mulia.
4. Menjaga pergaulan yang baik merupakan kunci kesuksesan, kebahagiaan dan ketenangan di dunia dan akhirat. Hal tersebut dapat menghilangkan dampak negatif pergaulan.
Selasa, 10 Juni 2008
Hadist 17 Berlaku baiklah
(Riwayat Muslim)
Pelajaran yang terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث :
1. Syariat Islam menuntut perbuatan ihsan kepada setiap makhluk termasuk diantaranya adalah hewan.
2. Tidak boleh menyiksa dan merusak tubuh sebagai sasaran dan tujuan, tidak juga boleh menyayat-nyayat orang yang dihukum qishash.
3. Termasuk ihsan juga berbuat baik terhadap hewan ternak dan belas kasih terhadapnya. Tidak boleh membebaninya diluar kemampuannya serta tidak menyiksanya saat menyembelihnya.
Hadist 16 Jangan Marah
(Riwayat Bukhori )
Pelajaran yang terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث :
1. Anjuran bagi setiap muslim untuk memberikan nasihat dan mengenal perbuatan-perbuatan kebajikan, menambah wawasan ilmu yang bermanfaat serta memberikan nasihat yang baik.
2. Larangan marah.
3. Dianjurkan untuk mengulangi pembicaraan hingga pendengar menyadari pentingnya dan kedudukannya.
Hadist 15 berkata baik, Hormati tetangga & tamu
Pelajaran :
1. Iman terkait langsung dengan kehidupan sehari-hari.
2. Islam menyerukan kepada sesuatu yang dapat menumbuhkan rasa cinta dan kasih sayang dikalangan individu masyarakat muslim.
3. Termasuk kesempurnaan iman adalah perkataan yang baik dan diam dari selainnya .
4. Berlebih-lebihan dalam pembicaraan dapat menyebabkan kehancuran, sedangkan menjaga pembicaraan merupakan jalan keselamatan.
5. Islam sangat menjaga agar seorang muslim berbicara apa yang bermanfaat dan mencegah perkataan yang diharamkan dalam setiap kondisi.
6. Tidak memperbanyak pembicaraan yang diperbolehkan, karena hal tersebut dapat menyeret kepada perbuatan yang diharamkan atau yang makruh.
7. Termasuk kesempurnaan iman adalah menghormati tetangganya dan memperhatikanya serta tidak menyakitinya.
8. Wajib berbicara saat dibutuhkan, khususnya jika bertujuan menerangkan yang haq dan beramar ma’ruf nahi munkar.
9. Memuliakan tamu termasuk diantara kemuliaan akhlak dan pertanda komitmennya terhadap syariat Islam.
10. Anjuran untuk mempergauli orang lain dengan baik.
Hadist 14 Larangan Zina, membunuh, murtad
(Riwayat Bukhori dan Muslim)
Pelajaran yang terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث :
1. Tidak boleh menumpahkan darah kaum muslimin kecuali dengan tiga sebab, yaitu : zina muhshon (orang yang sudah menikah), membunuh manusia dengan sengaja dan meninggalkan agamanya (murtad) berpisah dari jamaah kaum muslimin.
2. Islam sangat menjaga kehormatan, nyawa dan agama dengan menjatuhkan hukuman mati kepada mereka yang mengganggunya seperti dengan melakukan zina, pembunuhan dan murtad.
3. Sesungguhnya agama yang disepakati adalah yang dipegang oleh jamaah kaum muslimin, maka wajib dijaga dan tidak boleh keluar darinya.
4. Hukum pidana dalam Islam sangat keras, hal itu bertujuan untuk mencegah (preventif) dan melindungi.
5. Pendidikan bagi masyarakat untuk takut kepada Allah ta’ala dan selalu merasa terawasi oleh-Nya dan keadaan tersembunyi atau terbuka sebelum dilaksanakannya hukuman.
6. Hadits diatas menunjukkan pentingnya menjaga kehormatan dan kesucian.
7. Dalam hadits tersebut merupakan ancaman bagi siapa yang membunuh manusia yang diharamkan oleh Allah ta’ala.
Hadist 13 Cintai Saudara
(Riwayat Bukhori dan Muslim)
Pelajaran yang terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث :
1. Seorang mu’min dengan mu’min yang lainnya bagaikan satu jiwa, jika dia mencintai saudaranya maka seakan-akan dia mencintai dirinya sendiri.
2. Menjauhkan perbuatan hasad (dengki) dan bahwa hal tersebut bertentangan dengan kesempurnaan iman.
3. Iman dapat bertambah dan berkurang, bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan.
4. Anjuran untuk menyatukan hati.
Hadist 12 Tinggalkan yang tak berguna
(Hadits Hasan riwayat Turmuzi dan lainnya)
Pelajaran:
1. Termasuk sifat-sifat orang muslim adalah dia menyibukkan dirinya dengan perkara-perkara yang mulia serta menjauhkan perkara yang hina dan rendah.
2. Pendidikan bagi diri dan perawatannya dengan meninggalkan apa yang tidak bermanfaat didalamnya.
3. Menyibukkkan diri dengan sesuatu yang tidak bermanfaat adalah kesia-siaan dan merupakan pertanda kelemahan iman.
4. Anjuran untuk memanfaatkan waktu dengan sesuatu yang manfaatnya kembali kepada diri sendiri bagi dunia maupun akhirat.
5. Ikut campur terhadap sesuatu yang bukan urusannya dapat mengakibatkan kepada perpecahan dan pertikaian diantara manusia.
Hadist 11 Tinggalkan yang Meragukan
(Riwayat Turmuzi dan dia berkata: Haditsnya hasan shoheh)
Pelajaran:
1. Meninggalkan syubhat dan mengambil yang halal akan melahirkan sikap wara’.
2. Keluar dari ikhtilaf ulama lebih utama karena hal tersebut lebih terhindar dari perbuatan syubhat, khususnya jika diantara pendapat mereka tidak ada yang dapat dikuatkan.
3. Jika keraguan bertentangan dengan keyakinan maka keyakinan yang diambil.
4. Sebuah perkara harus jelas berdasarkan keyakinan dan ketenangan. Tidak ada harganya keraguan dan kebimbangan.
5. Berhati-hati dari sikap meremehkan terhadap urusan agama dan masalah bid’ah.
6. Siapa yang membiasakan perkara syubhat maka dia akan berani melakukan perbuatan yang haram.
Jumat, 06 Juni 2008
Kirim Tulisan Untuk FKMKI
Syukran atas perhatian antum/antumna
Hadist 10 Rizki yang Halal
(Riwayat Muslim).
Pelajaran :
1. Dalam hadits diatas terdapat pelajaran akan sucinya Allah ta’ala dari segala kekurangan dan cela.
2. Allah ta’ala tidak menerima kecuali sesuatu yang baik. Maka siapa yang bersedekah dengan barang haram tidak akan diterima.
3. Sesuatu yang disebut baik adalah apa yang dinilai baik disisi Allah ta’ala.
4. Berlarut-larut dalam perbuatan haram akan menghalangi seseorang dari terkabulnya doa.
5. Orang yang maksiat tidak termasuk mereka yang dikabulkan doanya kecuali mereka yang Allah kehendaki.
6. Makan barang haram dapat merusak amal dan menjadi penghalang diterimanya amal perbuatan.
7. Anjuran untuk berinfaq dari barang yang halal dan larangan untuk berinfaq dari sesuatu yang haram.
8. Seorang hamba akan diberi ganjaran jika memakan sesuatu yang baik dengan maksud agar dirinya diberi kekuatan untuk ta’at kepada Allah.
9. Doa orang yang sedang safar dan yang hatinya sangat mengharap akan terkabul.
10. Dalam hadits terdapat sebagian dari sebab-sebab dikabulkannya do’a : Perjalanan jauh, kondisi yang bersahaja dalam pakaian dan penampilan dalam keadaan kumal dan berdebu, mengangkat kedua tangan ke langit, meratap dalam berdoa, keinginan kuat dalam permintaan, mengkonsumsi makanan, minuman dan pakaian yang halal.
Hadist 9 Amal Sesuai Kemampuan
(Bukhori dan Muslim)
Pelajaran :
1. Wajibnya menghindari semua apa yang dilarang oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam.
2. Siapa yang tidak mampu melakukan perbuatan yang diperintahkan secara keseluruhan dan dia hanya mampu sebagiannya saja maka dia hendaknya melaksanakan apa yang dia mampu laksanakan.
3. Allah tidak akan membebankan kepada seseorang kecuali sesuai dengan kadar kemampuannya.
4. Perkara yang mudah tidak gugur karena perkara yang sulit.
5. Menolak keburukan lebih diutamakan dari mendatangkan kemaslahatan.
6. Larangan untuk saling bertikai dan anjuran untuk bersatu dan bersepakat.
7. Wajib mengikuti Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam, ta’at dan menempuh jalan keselamatan dan kesuksesan.
8. Al Hafiz berkata : Dalam hadits ini terdapat isyarat untuk menyibukkan diri dengan perkara yang lebih penting yang dibutuhkan saat itu ketimbang perkara yang saat tersebut belum dibutuhkan.
Hadist 8 Perang
(Riwayat Bukhori dan Muslim)
Catatan :
Hadits ini secara praktis dialami zaman kekhalifahan Abu Bakar As-Shiddiq, sejumlah rakyatnya ada yang kembali kafir. Maka Abu Bakar bertekad memerangi mereka termasuk di antaranya mereka yang menolak membayar zakat. Maka Umar bin Khottob menegurnya seraya berkata : “ Bagaimana kamu akan memerangi mereka yang mengucapkan Laa Ilaaha Illallah sedangkan Rasulullah telah bersabda : Aku diperintahkan…..(seperti hadits diatas)” . Maka berkatalah Abu Bakar : “Sesungguhnya zakat adalah haknya harta”, hingga akhirnya Umar menerima dan ikut bersamanya memerangi mereka.
Pelajaran yang terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث :
1. Maklumat peperangan kepada mereka yang musyrik hingga mereka selamat.
2. Diperbolehkannya membunuh orang yang mengingkari shalat dan memerangi mereka yang menolak membayar zakat.
3. Tidak diperbolehkan berlaku sewenang-wenang terhadap harta dan darah kaum muslimin.
4. Diperbolehkannya hukuman mati bagi setiap muslim jika dia melakukan perbuatan yang menuntut dijatuhkannya hukuman seperti itu seperti : Berzina bagi orang yang sudah menikah (muhshan), membunuh orang lain dengan sengaja dan meninggalkan agamanya dan jamaahnya .
5. Dalam hadits ini terdapat jawaban bagi kalangan murji’ah yang mengira bahwa iman tidak membutuhkan amal perbuatan.
6. Tidak mengkafirkan pelaku bid’ah yang menyatakan keesaan Allah dan menjalankan syari’atnya.
7. Didalamnya terdapat dalil bahwa diterimanya amal yang zhahir dan menghukumi berdasarkan sesuatu yang zhahir sementara yang tersembunyi dilimpahkan kepada Allah.
Hadist 7 Agama Adalah Nasihat
(Riwayat Bukhori dan Muslim)
Pelajaran :
1. Agama Islam berdiri tegak diatas upaya saling menasihati, maka harus selalu saling menasihati diantara masing-masing individu muslim.
2. Nasihat wajib dilakukan sesuai kemampuannya.
Hadist 6 Halal, Haram, Hati
(Riwayat Bukhori dan Muslim)
Catatan :
Hadits ini merupakan salah satu landasan pokok dalam syari’at. Abu Daud berkata : Islam itu berputar dalam empat hadits, kemudian dia menyebutkan hadits ini salah satunya.
Pelajaran yang terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث :
1. Termasuk sikap wara’ adalah meninggalkan syubhat .
2. Banyak melakukan syubhat akan mengantarkan seseorang kepada perbuatan haram.
3. Menjauhkan perbuatan dosa kecil karena hal tersebut dapat menyeret seseorang kepada perbuatan dosa besar.
4. Memberikan perhatian terhadap masalah hati, karena padanya terdapat kebaikan fisik.
5. Baiknya amal perbuatan anggota badan merupakan pertanda baiknya hati.
6. Pertanda ketakwaan seseorang jika dia meninggalkan perkara-perkara yang diperbolehkan karena khawatir akan terjerumus kepada hal-hal yang diharamkan.
7. Menutup pintu terhadap peluang-peluang perbuatan haram serta haramnya sarana dan cara ke arah sana.
8. Hati-hati dalam masalah agama dan kehormatan serta tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat mendatangkan persangkaan buruk.
Hadist 5 Bid'ah Tertolak
1. Setiap perbuatan ibadah yang tidak bersandar pada dalil syar’i ditolak dari pelakunya.
2. Larangan dari perbuatan bid’ah yang buruk berdasarkan syari’at.
3. Islam adalah agama yang berdasarkan ittiba’ (mengikuti berdasarkan dalil) bukan ibtida’ (mengada-adakan sesuatu tanpa dalil) dan Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam telah berusaha menjaganya dari sikap yang berlebih-lebihan dan mengada-ada.
4. Agama Islam adalah agama yang sempurna tidak ada kurangnya.
Hadist 4 Nasib Manusia
(Riwayat Bukhori dan Muslim).
1. Allah ta’ala mengetahui tentang keadaan makhluknya sebelum mereka diciptakan dan apa yang akan mereka alami, termasuk masalah kebahagiaan dan kecelakaan.
2. Tidak mungkin bagi manusia di dunia ini untuk memutuskan bahwa dirinya masuk surga atau neraka, akan tetapi amal perbutan merupakan sebab untuk memasuki keduanya.
3. Amal perbuatan dinilai di akhirnya. Maka hendaklah manusia tidak terpedaya dengan kondisinya saat ini, justru harus selalu mohon kepada Allah agar diberi keteguhan dan akhir yang baik (husnul khotimah).
4. Disunnahkan bersumpah untuk mendatangkan kemantapan sebuah perkara dalam jiwa.
5. Tenang dalam masalah rizki dan qanaah (menerima) dengan mengambil sebab-sebab serta tidak terlalu mengejar-ngejarnya dan mencurahkan hatinya karenanya.
6. Kehidupan ada di tangan Allah. Seseorang tidak akan mati kecuali dia telah menyempurnakan umurnya.
7. Sebagian ulama dan orang bijak berkata bahwa dijadikannya pertumbuhan janin manusia dalam kandungan secara berangsur-angsur adalah sebagai rasa belas kasih terhadap ibu. Karena sesungguhnya Allah mampu menciptakannya sekaligus.
Hadist 3 Rukun Islam
(Riwayat Turmuzi dan Muslim)
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam menyamakan Islam dengan bangunan yang kokoh dan tegak diatas tiang-tiang yang mantap.
Pernyataan tentang keesaan Allah dan keberadaannya, membenarkan kenabian Muhammad Shallallahu’alaihi wasallam, merupakan hal yang paling mendasar dibanding rukun-rukun yang lainnya.
Selalu menegakkan shalat dan menunaikannya secara sempurna dengan syarat rukunnya, adab-adabnya dan sunnah-sunnahnya agar dapat memberikan buahnya dalam diri seorang muslim yaitu meninggalkan perbuatan keji dan munkar karena shalat mencegah seseorang dari perbuatan keji dan munkar.
Wajib mengeluarkan zakat dari harta orang kaya yang syarat-syarat wajibnya zakat sudah ada pada mereka lalu memberikannya kepada orang-orang fakir dan yang membutuhkan.
Wajibnya menunaikan ibadah haji dan puasa (Ramadhan) bagi setiap muslim.
Adanya keterkaitan rukun Islam satu sama lain. Siapa yang mengingkarinya maka dia bukan seorang muslim berdasarkan ijma’.
Nash diatas menunjukkan bahwa rukun Islam ada lima, dan masih banyak lagi perkara lain yang penting dalam Islam yang tidak ditunjukkan dalam hadits.
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
“ Iman itu terdapat tujuh puluh lebih cabang “
Islam adalah aqidah dan amal perbuatan. Tidak bermanfaat amal tanpa iman demikian juga tidak bermanfaat iman tanpa amal .
hadist 2 Iman, Islam, Ihsan
(Riwayat Muslim)
Hadits ini merupakan hadits yang sangat dalam maknanya, karena didalamnya terdapat pokok-pokok ajaran Islam, yaitu Iman, Islam dan Ihsan.
Hadits ini mengandung makna yang sangat agung karena berasal dari dua makhluk Allah yang terpercaya, yaitu: Amiinussamaa’ (kepercayaan makhluk di langit/Jibril) dan Amiinul Ardh (kepercayaan makhluk di bumi/ Rasulullah)
Disunnahkan untuk memperhatikan kondisi pakaian, penampilan dan kebersihan, khususnya jika menghadapi ulama, orang-orang mulia dan penguasa.
Siapa yang menghadiri majlis ilmu dan menangkap bahwa orang–orang yang hadir butuh untuk mengetahui suatu masalah dan tidak ada seorangpun yang bertanya, maka wajib baginya bertanya tentang hal tersebut meskipun dia mengetahuinya agar peserta yang hadir dapat mengambil manfaat darinya.
Jika seseorang yang ditanya tentang sesuatu maka tidak ada cela baginya untuk berkata: “Saya tidak tahu“, dan hal tersebut tidak mengurangi kedudukannya.
Kemungkinan malaikat tampil dalam wujud manusia.
Termasuk tanda hari kiamat adalah banyaknya pembangkangan terhadap kedua orang tua. Sehingga anak-anak memperlakukan kedua orang tuanya sebagaimana seorang tuan memperlakukan hambanya.
Tidak disukainya mendirikan bangunan yang tinggi dan membaguskannya sepanjang tidak ada kebutuhan.
Didalamnya terdapat dalil bahwa perkara ghaib tidak ada yang mengetahuinya selain Allah ta’ala.
Didalamnya terdapat keterangan tentang adab dan cara duduk dalam majlis ilmu.
Kamis, 05 Juni 2008
Hadist 1 Niat
(Riwayat dua imam hadits, Abu Abdullah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Bukhori dan Abu Al Husain, Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naishaburi dan kedua kitab Shahihnya yang merupakan kitab yang paling shahih yang pernah dikarang) .
Hadits ini merupakan salah satu dari hadits-hadits yang menjadi inti ajaran Islam. Imam Ahmad dan Imam syafi’i berkata : Dalam hadits tentang niat ini mencakup sepertiga ilmu. Sebabnya adalah bahwa perbuatan hamba terdiri dari perbuatan hati, lisan dan anggota badan, sedangkan niat merupakan salah satu dari ketiganya. Diriwayatkan dari Imam Syafi’i bahwa dia berkata : Hadits ini mencakup tujuh puluh bab dalam fiqh. Sejumlah ulama bahkan ada yang berkata : Hadits ini merupakan sepertiga Islam.
Hadits ini ada sebabnya, yaitu: ada seseorang yang hijrah dari Mekkah ke Madinah dengan tujuan untuk dapat menikahi seorang wanita yang konon bernama : “Ummu Qais” bukan untuk mendapatkan keutamaan hijrah. Maka orang itu kemudian dikenal dengan sebutan “Muhajir Ummi Qais” (Orang yang hijrah karena Ummu Qais).
Niat merupakan syarat layak/diterima atau tidaknya amal perbuatan, dan amal ibadah tidak akan mendatangkan pahala kecuali berdasarkan niat (karena Allah ta’ala).
Waktu pelaksanaan niat dilakukan pada awal ibadah dan tempatnya di hati.
Ikhlas dan membebaskan niat semata-mata karena Allah ta’ala dituntut pada semua amal shalih dan ibadah.
Seorang mu’min akan diberi ganjaran pahala berdasarkan kadar niatnya.
Semua perbuatan yang bermanfaat dan mubah (boleh) jika diiringi niat karena mencari keridhoan Allah maka dia akan bernilai ibadah.
Yang membedakan antara ibadah dan adat (kebiasaan/rutinitas) adalah niat.
Hadits di atas menunjukkan bahwa niat merupakan bagian dari iman karena dia merupakan pekerjaan hati, dan iman menurut pemahaman Ahli Sunnah Wal Jamaah adalah membenarkan dalam hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan.
Janji Bukan Sebatas Ucapan
Oleh Ust. Abu Syauqi M., Lc.
Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka. (QS. An-Nisaa: 145)
DISEBUTKAN dalam sebuah hadits shahih bahwa ciri-ciri orang munafik ada tiga: pertama, apabila ia berbicara ia berdusta; kedua, apabila ia berjanji ia mengingkari; ketiga, apabila diberi amanah ia berkhianat. (HR. Muslim)
Dari hadits tersebut dapat dilihat bahwa janji bukanlah perkara biasa. Meski demikian, kenyataannya janji sering muncul sebatas ucapan, yang begitu saja mudah dilupakan, seolah tiada bekas sama sekali. Padahal, kedudukan janji sangat tinggi pertanggungjawabannya di sisi Allah. Dalam hadits riwayat Muslim sendiri, orang-orang yang senang mengingkari janji dikategorikan sebagai orang-orang munafik. Selain itu, Al-Quran pun mensinyalirnya sebagai berikut, Orang-orang munafik mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak ada terkandung dalam hatinya. Dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan. (QS. Ali Imran: 167).
Betapa banyak wahyu Allah Swt. yang diturunkan kepada umat-Nya mengingatkan tentang bahaya orang-orang munafik dan balasan yang akan diterimanya, baik pada kehidupan dunia maupun akhirat. Salah satunya dapat kita petik dari surat An-Nisaa ayat 138 yang mengabarkan siksaan yang amat pedih bagi orang-orang munafik.
Hidup manusia tidak pernah luput dari selimut janji. Sejak ruh manusia ditiupkan, manusia telah berjanji kepada Rabb-Nya, kepada Rasul-Nya dan atas konsekuensi dien-nya. Sebuah ucapan kalimat sakti dari setiap hamba sebagai bentuk janji, ikrar diri tentang keesaan Tuhannya.
Kemudian, seorang anak manusia lahir ke dunia. Dalam perkembangannya, manusia akan hidup dalam lingkungan keluarga, menjalankan fungsinya sebagai bagian dari masyarakat, mengemban peran-peran. Di situlah manusia mulai akrab dengan istilah yang disebut janji. Di situ pula kesetiaan seseorang pada ucapannya diuji.
Ucapan menuntut sebuah pembuktian. Pembuktian tentang jaminan kesejahteraan, dan peningkatan kesejahteraan hidup, dan yang lain. Mungkin juga pembuktian atas janji pada diri, keluarga, anak, istri, untuk melakukan perbaikan.
Lisan memang menjadi godaan yang berat. Bukankah semua hal yang kita ucapkan atau bahkan hanya kita simpan dalam hati, akan dipinta pertanggungjawaban oleh Allah?
Tidak dipungkiri, hati kecil sendiri sering berontak dengan pengingkaran-pengingkaran yang kita perbuat. Tapi entah, manusia lebih suka dengan dalih. Ya, segala macam alasan sering terlontar sebagai bentuk pertahanan dari kekerdilan jiwa yang ringkih. Sebagai bentuk pembenaran dari peningkatan yang dibuat sendiri. Kebohongan yang kesekian kali untuk pembenaran diri sendiri. Karena begitu seringnya terjadi atau kita dengar dalam lingkungan hidup kita, tak heran bualan-bualan janji akhirnya berkembang menjadi budaya. Budaya buruk yang terpelihara.
Dalam tatanan sosial, sanksi yang diterima oleh orang-orang yang mengumbar janji, antara lain jatuhnya harga diri seseorang. Kepada orang-orang yang sering berjanji dan sering pula mengingkari, ia tidak akan dipercaya lagi dalam lingkungannya. Apapun yang diucapkan akan dianggap angin lalu yang tidak berguna sekalipun itu sangat penting. Inilah konsekuensi berat yang harus diterima bagi orang-orang yang senang "obral" janji. Orang yang senang mempermainkan janji juga akan tersisih dari lingkungannya.
Lalu, apa yang akan diterima baginya sebagai balasan di akhirat nanti? Dikatakan dalam surat An-Nisaa ayat 145, Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka.
Ya, Allah lindungilah kami, hamba-Mu ini dari sifat ingkar janji. Semoga kita terpelihara dari sifat-sifat orang munafik, sifat yang suka mengumbar janji tanpa peduli untuk menepati. Wallahu a'lam.***
ABU BAKAR DENGAN TUKANG RAMAL
“Aku terlalu lapar sehingga aku lupa bertanya. Terangkan kepada ku dimana kamu mendapat makanan ini.”
Hamba: “Sebelum aku memeluk Islam aku menjadi tukang ramal. Orang-orang yang aku ramal nasibnya kadang-kadang tidak dapat bayar uang kepadaku. Mereka berjanji akan membayarnya apabila sudah memperoleh uang. Aku telah berjumpa dengan mereka hari ini. Merekalah yang memberikan aku makanan ini.”
Mendengar kata-kata hambanya Abu Bakar memekik : “Ah! Hampir saja kau bunuh aku.”
Kemudian dia coba mengeluarkan makanan yang telah ditelannya. Ada orang yang menyarankan supaya dia mengisi perutnya dengan air dan kemudian memuntahkan makanan yang ditelannya tadi. Saran ini diterima dan dilaksanakannya sehingga makanan itu dimuntah keluar.
Kata orang yang mengamati : “Semoga Allah memberikan rahmat atas mu. Kamu telah bersusah payah karena makanan yang sedikit.”
Kepada orang itu Abu Bakar menjawab: “Aku sudah pasti memaksanya keluar walaupun dengan berbuat demikian aku mungkin kehilangan nyawaku sendiri. Aku mendengar Nabi berkata : “Badan yang tumbuh subur dengan makanan haram akan merasakan api neraka.” Oleh karena itulah maka aku memaksa makanan itu keluar takut kalau-kalau ia menyuburkan badanku.”
Abu Bakar sangat teliti tentang haram halalnya makanan yang dimakannya.
Jangan mendapatkan harta melalui jalan yang haram, Jangan gunakan harta yang haram bagi diri sendiri apalagi untuk orang lain.
Kelak diyaumil akhir akan ditanya " Dari mana kamu peroleh hartamu dan kemana kau belanjakan "
Selasa, 03 Juni 2008
Garis Putih Ka'bah
Memburu Husnul Khatimah
Dalam lembaran sejarah, namanya memang tak banyak disebut. Kiprahnya dalam medan jihad tak banyak diketahui. Hal ini bisa dipahami karena Ushairam, julukan yang sering dilekatkan pada tokoh ini, memang tak banyak berkiprah. Dibandingkan dengan para sahabat Rasulullah saw yang lain, tokoh ini tidak ada apa-apanya. Bahkan pahala untuk dirinya pun, ia tak sempat berbuat. Ia belum sempat melakukan apa-apa ketika ajal menjemput. Pun sekadar melaksanakan shalat satu rakaat saja, ia belum sempat kerjakan.
Dituturkan oleh Abu Hurairah, pada zaman jahiliyah Amr bin Tsabit bin Aqyasy mempunyai “tuhan”. Itulah yang menyebabkan enggan masuk Islam ketika Mush’ab bin Umair datang ke Madinah. Bahkan saat Rasulullah saw tiba di Madinah pun Amr belum juga tersentuh hidayah. Ia tetap musyrik bertuhankan patung. Dalam kondisinya yang tetap seperti itu, para sahabat berbondong-bondong ke medan Uhud. Ia ditinggal sendirian.
“Di mana anak-anak pamanku?” tanyanya pada orang-orang. “Berangkat ke Uhud!” salah seorang menjawab. Ia pun menanyakan beberapa sahabatnya yang lain. Namun semua temannya yang ia tanyakan, berangkat ke medan Uhud. Menghadapi kenyataan itu, Amr segera mengambil senjata, naik ke atas hewan tunggangannya dan bergabung dengan kaum Muslimin di medan jihad Uhud.
Ajal di tangan Allah. Takdir menetapkan Amr terluka parah. Ia dibawa pulang oleh para sahabat Rasulullah saw. Menjelang ajal menjemput, Muadz bib Jabal sempat mengonfirmasi perihal keberangkatannya ke medan Uhud. “Saya berperang karena Allah!” jawab Amr. Abu Daud dalam haditsnya menegaskan, tokoh ini gugur sebagai syahid dan masuk surga.
Kisah yang dituturkan lagi oleh Hani al-Haj dalam bukunya Sirah Rijal Haular Rasul ini memberikan pelajaran menarik. Bahwa, rahmat dan ampunan Allah teramat luas. Seumur hidupnya Amr belum pernah shalat. Namun dikatakan, ia masuk surga.
Kisah ini seharusnya menjadi angin segar bagi para pendosa: koruptor, pencuri dan pelaku tindak kejahatan lainnya. Pintu taubat tak pernah tertutup. Ia terbuka bagi semua hamba Allah yang mau bertaubat. Kapan pun.
Rentetan musibah yang melanda negeri ini, seharusnya menyentakkan kesadaran kita. Tsunami, longsor, kelaparan, dan gempa bumi, bukan gejala alam biasa. Ini teguran Allah pada kita. Semua.
Rentetan bencana ini semestinya membangunkan tidur para pendosa. Sangat boleh jadi, musibah ini adalah lonceng bagi para koruptor, perampok uang rakyat dan pelaku kejahatan lainnya untuk segera bertaubat.
Yang menyebabkan seorang hamba masuk surga bukan semata banyaknya amal, tapi rahmat Allah. Banyak amal hanyalah salah satu cara meraih ridha Allah. Kehidupan seorang hamba ditentukan di penghujung hayatnya. Tiket seseorang menuju surga benar-benar dipastikan di akhir hidupnya.
Rasulullah saw bersabda,”...Sesungguhnya seorang di antara kalian mengerjakan amalan penghuni neraka sehingga jarak dirinya dengan neraka tinggal sejengkal. Namun ketentuan mendahuluinya sehingga ia mengerjakan amalan penghuni surga. Maka, ia pun masuk (surga),” (HR Bukhari Muslim).
Tak ada yang abadi di dunia ini kecuali sang Pencipta. Semua makhluk pasti binasa. Kapan pun waktunya. Kekayaan, ketenaran dan jabatan, tak bisa membuat orang kekal. Semua akan berakhir pada kepunahan. Allah berfirman,”Semua yang ada di bumi itu akan binasa,”(QS ar Rahman: 26).
Akhir kehidupan di dunia merupakan awal kehidupan akhirat. Ia menjadi tiket untuk menentukan pilihan : surga atau neraka. Karenanya, mempersiapkan tiket menuju surga seharusnya menjadi agenda utama setiap Muslim. Kesuksesan di dunia ditandai dengan keberhasilan mempersiapkan tiket tersebut. Ibarat para penonton yang mau masuk dalam sebuah gedung pertunjukkan, mereka harus mempersiapkan tiket. Tiket itulah yang akan dibawa dan diberikan pada penjaga pintu pertunjukkan.
Minggu, 01 Juni 2008
Menggugat Hari Jadi Kebangkitan Nasional
Menggugat Hari Jadi Kebangkitan Nasional Oleh : Iswandi Khairy Ramen Ketua KWACI (Kelompok Wacana dan Aksi) Loteng. Kebangkitan nasional kini telah genap 100 tahun. Banyak macam cara merayakannya. Semua stasiun televisi menayangkan iklan kebangkitan nasional, dengan dibubuhi audio visual yang "menggigit", membuat semangat nasional orang yang menontonnya jadi tumbuh dengan penuh gelora. Sanggup membuat bulu kuduk berdiri dan merinding. Mei memang bulan yang menjadi simbol tumbuh kembangnya kebangkitan nasional, bulan yang menjadi titik awal penyatuan semangat bangsa untuk merebut kemerdekaan dan mengusir penjajah. Tepatnya tangal 20 mei 1908, terbentuk organisasi yang dijadikan simbol perlawanan dan kebangkitan nasional. Budi utomo adalah organisasi tersebut yang dibentuk oleh beberapa mahasiswa Stovia, di antaranya dr. sutomo, yang selanjutnya 20 mei dijadikan sebagai hari kebangkitan nasional. Catatan sejarah menegaskan akan hal itu. Namun belakangan muncul wacana untuk merubah hari jadi kebangkitan nasional tersebut. Sejarawan seperti Prof. Ahmad Mansyur Suryanegara dan kaum muda kampus, menuntut agar hari jadi kebangkitan nasional diubah, dengan menjadikan kelahiran Sarekat Dagang Islam sebagai patokan hari jadi kebangkitan nasional. penulis pun sepakat dengan tuntutan tersebut. Kenapa demikian? Seiring perjalanan gejolak reformasi, mulai tumbuhnya kedewasaan berdemokrasi, kedewasaan dan kebebasan berpendapatpun medapatkan ruangnya. Runtuhnya rezim orde baru di bawah kepemimpinan Soeharto, menjadi angin yang segar bagi beberapa sejarawan dan kaum muda intelektual untuk berupaya meluruskan sejarah yang kerap dikaburkan. Ada anggapan bahwa kekuasaan orde baru dibangun di atas pembohongan sejarah yang ironisnya sampai saat ini, pemerintah belum berupaya untuk meluruskan sejarah bangsa ini. Hal ini bisa dilihat dari kurikulum mata pelajaran sejarah yang tidak mengalami perubahan berarti. Kecendrungan atas dasar kepentingan politis (mendapatkan, mempertahankan dan memperkuat kekuasaan), masih mendominasi penulisan sejarah bangsa. Tentang perang Diponogoro misalnya, masih jelas terlihat kebohongan yang ditulis di buku pelajaran Sejarah Nasional Indonesia dan Umum untuk kelas XI yang ditulis oleh I Wayan Badrika terbitan Erlangga. Di halaman 186 tertulis sebab-sebab khusus terjadinya Perang Diponegoro adalah pembuatan jalan yang melalui makam leluhur Pangeran Diponegoro di Tegal Repo. Ridwan Saidi, pakar Zionisme dalam sebuah dialog menjelaskan bahwa Pangeran Diponegoro tdak akan sepicik itu berperang hanya gara-gara tanah, melainkan perang tersebut terjadi karena Pangeran Diponegoro tidak menghendaki adanya kolonialisme dan karena kecintaannya untuk membela Islam dan bangsa. Begitu juga dengan Sarekat Dagang Islam (SDI), yang seharusnya lebih pantas dijadikan patokan hari kebangkitan nasional, bukan Budi Utomo (BU). Beberapa hal yang harus dipahami agar pertanyaan di atas bisa terjawab, selain juga membutuhkan kearifan dan kebijaksanaan kita dalam membaca fakta sejarah yang sesungguhnya. Pertama, yang harus diluruskan adalah mengenai waktu kelahiran SDI. Beberapa catatan mengungkapkan bahwa SDI terbentuk pada tahun 1909, setahun setelah Budi Utomo yang lahir pada tanggal 20 Mei 1908. Maka SDI terbentuk karena inspirasi dari organisasi "kaum jawa dan Madura" Budi Utomo tersebut. Letak pelurusannya adalah bahwa hal tersebut adalah sebuah kebohongan dan bentuk pembohongan. Sesungguhnya SDI lahir pada tanggal 16 Oktober 1905. Kelahiran SDI sebagai bentuk perlawanan terhadap penjajahan bangsa di bidang ekonomi yang pada saat itu dikuasai oleh penjajah dan kaum Tionghoa. H Samanhudi (pendiri SDI) sangat memahami bahwa bentuk perlawanan penjajahan yang paling mendasar yang berupa pengurasan dan monopoli ekonomi, dengan memperkuat basis ekonomi bangsa. Kedua, perbedaan yang sangat mencolok lainnya antara SDI dan BU (walaupun sebenarnya hal ini tidak pantas untuk diperbandingkan) adalah ruang lingkup gerakan. SDI memiliki cabang yang cukup luas. Tidak hanya di pulau Jawa semata. Karena SDI mendedikasikan dirinya untuk perjuangan bangsa, maka SDI memiliki cabang di hampir seluruh nusantara, di antaranya Jawa, Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi. Sementara BU sendiri, terkesan sangat eksklusif karena hanya mendedikasikan perjuangannya untuk masyarakat Jawa dan Madura semata. BU dengan tegas menolak keanggotaan dari luar pulau Jawa dan Madura. BU menganggap keanggotaan orang dari luar Jawa dan Madura adalah ancaman tersendiri bagi eksistensi organisasinya. Sungguh kenyataan yang pahit, ditengah kepungan kolonialisme, sesama bangsa masih ada rasa curiga dan kekhawatiran. Apakah ini yang dikatakan sebagai nasionalisme, jika ya, sungguh pengertian nasioanalisme yang sangat sempit lagi menyesatkan. Patokan ruang lingkup ini seharusnya dijadikan landasan utama untuk menilai siapa yang nasionalis dan tidak. Padahal nasional berasal dari kata nation, yang berarti bangsa. Bangsa adalah sebuah istilah politis untuk menyebut kelompok masyarakat dalam sebuah teritorial Negara. Maka konsep bangsa ditujukan untuk seluruh lapisan masyarakat tanpa terkecuali. Bangsa Indonesia berarti masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Tidak ada pembedaan etnis, suku dan agama. Prof. Ahmad Mansyur Suryanegara mengatakan bahwa BU tidak menghendaki nasionalisme dan menghadirkan gerakan yang anti terhadap gerakan Islam. Hal ini bisa dilihat dari brosur terbitan BU, yang bernama Djawa Hisworo, yang selalu menyerukan caci maki kepada Rasulullah dan ajaran Islam. KH Ahmad Dahlan pernah meminta agar diadakan pengajian keislaman di dalam tubuh BU. Namun, mayoritas BU menolak usulan tersebut, yang menyebabkan KH Ahmad Dahlan keluar dari keanggotaan BU. Ketiga, faktor yang harus menjadi alasan untuk mengkaji ulang hari jadi kebangkitan nasional adalah dengan melihat tokoh-tokoh yang berada dalam masing-masing organisasi tersebut. SDI didirikan oleh tokoh-tokoh yang dekat dengan masyarakat, seperti H. Damanhudi, sehingga mereka tahu betul kebutuhan dasar masyarakat. Dan SDI terbuka umum bagi masyarakat untuk ikut bergabung dalam perjuangan melawan kolonialisme. Tidak dibatasi oleh teritorial, yang terpenting memiliki semangat perlawanan maka siapapun dan dari golongan apapun boleh bergabung. Hal ini bertolak belakang dengan tokoh dan keanggotaan BU. Tokoh-tokoh dan keanggotannya hanya diisi oleh kaum priayi (bangsawan) dan orang-orang terpelajar. Kenyataan ini bisa dilihat dari pemimpin-pemimpin BU. Kebanyakan para pemimpin berasal dari kalangan "priayi" atau para bangsawan dari kalangan keraton, seperti Raden Adipati Tirtokoesoemo, bekas Bupati Karanganyar (presiden pertama Budi Utomo), dan Pangeran Ario Noto Dirodjo dari Keraton Pakualaman. BU pada puncak kejayaannya pada tahun 1909 hanya memiliki anggota sebanyak 10.000 orang. Sementara Sarekat Dagang Islam yang kemudian berubah nama menjadi SI, jumlah anggotanya pada tahun 1916 SI memiliki 360.000 anggota, yang kemudian meningkat menjadi dua juta pada tahun 1919. Dalam buku yang berjudul Sejarah untuk Kelas 2 SMA yang ditulis oleh Prof. Dr. M. Habib Mustopo dkk, yang diterbitkan oleh Yudhistira tahun 2004, keontetikan penulisan tentang pergerakan nasional perlu dipertanyakan. Pada Bab 5, sub judul "Organisasi-organisasi Pergerakan Nasional" hal 181-184, organisasi pergerakan yang ditulis di nomor urut pertama adalah Budi Utomo. Prioritas ini adalah bagian dari pengaburan akan sejarah SDI. Karena SDI tidak disinggung sedikitpun. Memang di nomor urut dua, organisasi yang ditulis adalah Sarekat Islam (S I). Untuk penegasan bahwa SI tidak bisa dipisahkan dengan SDI. Karena SI merupakan metamorphosis dari SDI. Pada tahun 1912, terjadi kekacauan anti Tionghoa, di mana SDI sebagai gerakan melawan perekonomian Tionghoa, dikhawatirkan oleh pemerintah colonial, sehinga SDI harus dibubarkan. Sebagai tindakan antisipasi pemberangusan gerakan, SDI kemudian mengganti namanya menjadi SI. Dalam buku sejarah tersebut, tidak terdapat uraian yang jelas tentang waktu dari kelahiran SI. Penulis hanya mengatakan bahwa SI lahir tiga tahun setelah BU berdiri. Dari sedikit pembanding di atas, maka sudah sepantasnya momen kebangkitan nasional dirubah demi menghormati dan menghargai para pendahulu kita yang telah merintis kemerdekaan dengan segenap jiwa dan raganya. Dewasalah kita, demi kemurnian sejarah bangsa. Dan untuk kaum muda, tetaplah kritis untuk mengungkap fakta sejarah lainnya. Bagi sejarawan yang telah berumur, mulailah mengajarkan tentang kejujuran pada kami, bangsa yang senantiasa membanggakan kebenaran. |