Tiga binatang kecil menjadi nama dari surah di dalam Al-Qur’an, yaitu An-Naml (semut), Al Ankabut (laba-laba), dan An Nahl (lebah).
Semut menghimpun makanan sedikit demi sedikit tanpa henti. Konon, binatang kecil ini dapat menghimpun makanan untuk bertahun-tahun sedangkan usiahnya sendiri tidak sampai sati tahun. Ia pun dikenal sebagai pekerja keras bahkan ia mampu memikul beban yang melebihi ukuran tubuhnya.
Lain lagi dengan Laba-laba. Binatang ini sangat dikenal dengan sarangnya yang sangat unik. Sekilas tampak luarnya sangat rapuh, namun bagi binatang sebangsa serangga sekali ia tertangkap di sarang itu maka sarang itu seperti menggulung dan menyedot tenaga binatang yang terperangkap itu. Luar biasa!!
Tetapi, bukan hanya sarangnya yang dasyat. Kata para ahli, ketika binatang ini selesai melakukan perkawinan, sang betina tak segan-segan menghabisi pejantannya dengan cara menyeratnya dengan sarang itu hingga mati. Bahkan telur-telur yang sudah menetas yang jumlahnya ratusan hingga ribuan itu berdesak-desakkan dan saling memangsa diantara mereka. Sebuah potret kehidupan yang sadis dan sangat mengerikan!!!.
Akan halnya lebah. Inilah model kehidupan binatang memiliki karateristik yang nyaris sempurna tanpa cacat. Tidak ada bagian bagian dari kehidupannya yang tidak bermanfaat. Bahkan sengatan yang menjadi senjata mereka pun bias menjadi obat. Mulai dari tempat tinggalnya yang berbentuk segi enam sehingga para ahli menyebutkan bahwa bentuk seperti ini adalah bentuk sarang paling efisien, jauh dari pemborosan.
Makanya pun tidak semabarangan. Ia hanya mau makan dengan yang baik-baik saja, dari kembang dan bunga yang manis dan bersih. Lebah mengolah makananya dan hasil olahanya menjadi madu yang dikenal sebagai makanan terbaik diantara jenis makanan yang ada.
Dari aspek sumber daya dan potensi diri, masyarakat lebih dikenal sebagai tipikal masyarakat binatang yang sangat produktif, berdedikasi tinggi dan penuh kedisiplinan. Tidak ada satupun diantara mereka yang tidak memiliki peran (pengangguran). Subahanallah!
Ayat-ayat Allah SWT diatas tentu semuanya dihadirkan dalam kerangka kepentingan manusia. Agar manusia bisa mengambil pelajaran untuk menyukseskan amanah yang diembannya yaitu sebagai hamba-Nya sekaligus sebagai califa Allah SWT dimuka bumi ini.
Kita semua tentu sadar bahwa disekeliling masih banyak bahkan mungkin kebanyakan orang yang secara tidak sadar menjalani kehidupanya persis layaknya semut. Mereka berkeliaran disetiap jengkal sudut bumi ini tanpa rasa risihmempertontonkan keserakahan dan kerakusannya. Mereka berlebih-lebihan dalam mengingkari kewajibanya.
Demikian juga manusia tipikal laba-laba. Mereka tidak lagi berpikir makanan apa yang kita makan hari ini? Tetapi, yang mereka pikirkan adalah “siapa yang kita makan hari ini”.
Siapapun dan dimanapun mereka, semua manusia berpotensi menjadi manusia dengan “style” semut atau manusia super serakah layaknya laba-laba. Yang jelas, kedua tipe kehidupan ini semuanya tercela dan membawa lepada kebinasaan. Nah, agar manusia selamat dari fitnah hidup seperti ini maka ia perlu relajar meskipun harus “berguru” lepada binatang yang namanya lebah. Sebab, bukankah semua ini adalah ayat-ayat Allah SWT ?.
Created by ita