Selama hampir dua tahun setelah hijrah Rasulullah saw. ke Madinah, beliau telah mengirimkan beberapa sariyah (ekspedisi militer tanpa kesertaan Rasul) dan ghazwah. Hingga saat itu, seluruh manuver militer tersebut belum menghadapi perang terbuka secara besar-besaran melawan pihak kafir Quraisy, sampai akhirnya terjadi peristiwa Perang Badar al-Kubra.
Penyebab Peristiwa Badar ini adalah sebagai berikut:
Penyebab Peristiwa Badar ini adalah sebagai berikut:
Rasulullah saw. mendengar bahwa Abu Sufyan bin Harb kembali dari Syam bersama kafilah dagang Quraisy yang mengangkut hasil perniagaan yang sangat banyak milik orang-orang Quraisy. Kafilah dagang Abu Sufyan terdiri dari 30 atau 40 orang Quraisy. Sama dengan strategi yang dijalankan dalam ekspedisi militer sebelumnya, saat ini pun Rasul saw. bermaksud untuk mencegat kafilah dagang Quraisy itu. Beliau mengajak kaum Muslim keluar.
Kaum Muslim menyambut ajakan Rasulullah saw. Rasulullah saw. keluar dari Madinah bersama sahabat-sahabatnya setelah bulan Ramadhan berjalan beberapa malam. Beliau keluar dari Madinah pada hari Senin, tanggal 8 Ramadhan.
Di dalam perjalanannya, Rasulullah saw. memperoleh informasi mengenai keberangkatan orang-orang Quraisy untuk melindungi unta-unta dan harta perniagaan mereka. Itu dilakukan setelah Abu Sufyan mengirimkan kurir untuk mengabarkan keadaannya kepada penduduk Makkah. Rasulullah saw. meminta pendapat dari para sahabatnya. Abu Bakar berdiri dan berkata (menyampaikan pendapatnya) dengan baik. Umar bin Khaththab juga berdiri dan berkata (menyampaikan pendapatnya) dengan baik. Miqdad bin Amr berdiri dan berkata, "Wahai Rasulullah, teruslah berjalan seperti yang diperlihatkan Allah kepadamu, karena sesungguhnya kami turut serta bersamamu. Demi Allah, kami tidak akan berkata kepadamu sebagaimana yang dikatakan Bani Israel kepada Musa, 'Pergilah engkau dan Tuhanmu, berperanglah, sesungguhnya kami duduk-duduk (saja) di sini (QS al-Maidah [5]: 24). Namun, (kami akan berkata), 'Pergilah engkau dan Tuhanmu berperang. Sesungguhnya kami turut serta berperang bersamamu dan bersama Allah.'"
Rasulullah saw. mendoakan Miqdad bin Amr. Rasulullah saw. gembira dengan ucapan para sahabatnya dan memperoleh semangat. Beliau bersabda, "Berangkatlah kalian dan bergembiralah, karena Allah telah menjanjikan dua kelompok kepadaku. Demi Allah, sepertinya aku tengah melihat tempat kematian kaum tersebut (orang-orang Quraisy)."
Tatkala Rasulullah saw. memerintahkan pasukannya untuk berhenti dan hendak membuat markas di suatu tempat dekat mata air Badar, Hubab bin Mundzir bin Jamuh bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah (pemilihan) tempat ini termasuk tempat yang ditentukan Allah dan kita tidak boleh memajukannya atau pun mengakhirkannya? Ataukah (penentuan) tempat ini termasuk pendapat, (strategi) perang, dan tipudaya?"
Rasulullah saw. menjawab, "(Penetapan) tempat ini termasuk pendapat, (strategi) perang, dan tipudaya."
Hubab bin Mundzir berkata lagi, "Wahai Rasulullah, (kalau begitu) ini bukanlah tempat yang tepat. Pergilah bersama para sahabat hingga tiba di mata air yang paling dekat dengan orang-orang Quraisy. Kita berhenti di sana, lalu kita menutup dan menimbunnya. Kemudian kita membangun kolam, memenuhi kolam tersebut dengan air. Kita berperang melawan orang-orang Quraisy dalam kondisi kita bisa minum, sementara mereka tidak bisa minum."
Rasulullah saw. menjawab, "Sungguh engkau memberi pendapat yang tepat."
Lalu Rasulullah saw. dan para sahabatnya berjalan lagi. Sesampainya di mataair Badar beliau berhenti. Beliau memerintahkan pengaliran mataair, dan membangun kolam dekat dengan mataair tersebut, mengisinya dengan air, dan para sahabat melemparkan tempat-tempat airnya ke kolam tersebut.
Dengan demikian, Rasulullah saw. dan pasukannya terlebih dulu sampai di Badar, dan memanfaatkannya dengan membangun markas, mengatur strategi perang—jika perang terjadi di tempat itu, dan mengatur posisi pasukannya hingga pasukan musuh datang.
Orang-orang Quraisy tiba keesokan harinya di tempat itu. Tatkala Rasulullah saw. melihat mereka tengah menuruni bukit pasir, beliau bersabda, "Ya Allah, inilah orang-orang Quraisy datang dengan pongah dan kesombongannya memusuhi-Mu, mendustakan Rasul-Mu. Ya Allah, berikanlah pertolongan-Mu yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, binasakanlah mereka pagi ini."
Perang Badar akhirnya pecah pada hari Jumat, pagi hari tanggal 17 Ramadhan. Rasulullah saw. memohon kepada Allah Swt., meminta pertolongan yang dijanjikan kepadanya. Dalam doanya Rasulullah saw. berkata, "Ya Allah, apabila Engkau membinasakan kelompok ini (yakni para sahabat) pada hari ini, maka Engkau tidak akan disembah."
Setelah didahului oleh perang tanding di antara kedua belah pasukan, perang pun pecah. Setelah perang usai dan rombongan besar pasukan musuh tercerai-berai melarikan diri ke kota Makkah, mayat-mayat orang musyrik yang terserak di medan Perang Badar dilemparkan oleh kaum Muslim ke dalam sumur.
Jumlah keseluruhan kaum Muslim, baik dari kaum Muhajirin maupun kaum Anshar yang hadir di dalam Perang Badar, yang memperoleh bagian ghanîmah dan pahala jihad adalah 314 orang. Rinciannya, dari kaum Muhajirin sebanyak 83 orang; dari kaum Anshar (al-Aus) sebanyak 61 orang; dan dari kaum Anshar (al-Khazraj) sebanyak 170 orang.
Jumlah syuhada Perang Badar dari kaum Muhajirin sebanyak 6 orang; syuhada Perang Badar dari kaum Anshar sebanyak 8 orang; jumlah keseluruhan korban dari pihak Quraisy di perang Badar adalah 70 orang; jumlah orang-orang Quraisy yang tertawan juga 70 orang. Tawanan Perang Badar yang harus ditebus oleh orang-orang musyrik saat itu adalah 4.000 sampai 1.000 dirham untuk setiap orang tawanan, kecuali tawanan yang tidak memiliki apa-apa, maka Rasulullah saw. membebaskannya tanpa uang tebusan.
Atas pertolongan Allah Swt., kaum Muslim memperoleh kemenangan gemilang, dan wajah-wajah kaum kafir tersungkur tertimpa kehinaan. Sejak itu, posisi Negara Islam di Madinah semakin kuat dan berwibawa di depan seluruh kabilah di Jazirah Arab.
[AF]