Social Icons

Pages

Rabu, 10 September 2008

PELAJARAN DARI PERANG UHUD (Bagian 2)

Rasulullah saw. meninggalkan Madinah menuju Uhud pada hari Sabtu, 7 Syawal, 32 bulan setelah beliau berhijrah . Dalam Perang Uhud, pada awalnya pasukan kaum Muslim berhasil mendesak pasukan Quraisy hingga sebagian barisan mereka mundur. Namun, pasukan pemanah melanggar perintah Rasulullah saw. untuk tetap berada pada posisi mereka.
Kejadian itu dituturkan oleh salah seorang sahabat. Yahya bin Abbad bin Abdullah bin az-Zubair berkata kepadaku, dari ayahnya, Abbad, dari Abdullah bin az-Zubair, dari Zubair:




Demi Allah, aku melihat gelang kaki Hindun binti Utbah dan kawan-kawannya yang tercecer tidak diambil. Tiba-tiba saja pasukan pemanah keluar menuju perkemahan (kaum Quraisy) tatkala kita berhasil memporakporandakan pertahanan musuh. Mereka (pasukan panah) membiarkan punggung kita menghadap pasukan berkuda musuh. Akhirnya, kita disambut oleh pasukan berkuda musuh dari belakang kita. Lalu seorang penyeru pasukan Quraisy berkata, "Sesungguhnya Muhammad telah terbunuh." Kita pun mengalami kekalahan. Musuh telah mengalahkan kita setelah sebelumnya kita berhasil mengalahkan para pemegang bendera mereka sampai seseorang dari kita mendekat ke arah musuh.

Akhirnya, pertahanan kaum Muslim porak-poranda, dan mereka diserang oleh musuh-musuhnya. Karena pertahanan kaum Muslim terbuka, musuh berhasil masuk menuju tempat Rasulullah saw., kemudian melempari beliau dengan batu hingga beliau terjatuh. Batu mengenai gigi beliau, yaitu antara gigi depan dan gigi taring; melukai wajah dan bibir beliau hingga mengucurkan darah. Orang yang melempar beliau dengan batu adalah Utbah bin Abi Waqash.
Rumor mengenai telah terbunuhnya Rasulullah saw. menggema di medan Uhud. Beberapa pasukan Muslim bahkan terpengaruh. Qasim bin Abdurrahman bin Rafi’, saudara Bani Abi bin an-Najjar, berkata bahwa Anas bin an-Nadhr, paman Aus bin Malik, tiba di tempat Umar bin al-Khaththab dan Thalhah bin Ubaidillah, bersama beberapa dari kaum Muhajirin dan Anshar yang tengah berhenti bertempur. Anas bin an-Nadhr berkata, "Mengapa kalian duduk-duduk?"
Mereka menjawab, "Rasulullah saw. telah terbunuh."
Anas bin an-Nadhr berkata, "Jika memang begitu, apa yang akan kita lakukan dalam kehidupan ini sepeninggal beliau? Berjuanglah kalian (sampai mati) sebagaimana gugurnya Rasulullah saw."
Usai berkata demikian, Anas bin an-Nadhr maju ke tengah-tengah musuh dan bertempur habis-habisan hingga ia gugur. Anas bin Malik diberi nama Anas karena meniru nama Anas bin an-Nadhr, pamannya. Humaid ath-Thawil menuturkan bahwa Anas bin Malik berkata, "Saat itu, aku menemukan 70 luka (tebasan) pada tubuh Anas bin an-Nadhr, dan tidak ada yang mengenalinya selain saudara perempuannya yang mengenalinya melalui jari-jarinya."
Beberapa saat kemudian, rumor bahwa Rasulullah saw. telah terbunuh hanyalah prasangka dan kebohongan. Tatkala kaum Muslim mengetahui Rasulullah saw. masih hidup, mereka pun bangkit menyongsong beliau.
Rasulullah saw. berjalan menuju Gunung Uhud bersama beberapa sahabatnya. Tiba-tiba pasukan berkuda Quraisy mendaki gunung itu. Rasulullah saw. bersabda, "Ya Allah, tidak pantas mereka berada di atas kami."
Kemudian Umar bin al-Khaththab bersama beberapa orang dari kaum Muslim melawan mereka dan berhasil membuat mereka turun kembali dari gunung.
Peperangan mereda. Pihak Quraisy menarik diri dari medan perang dengan perasaan menang. Sementara itu, pasukan kaum Muslim terpukul menyaksikan korban dari pihak mereka. Sebagian korban yang gugur, seperti Hamzah, kondisi jenazahnya amat mengenaskan.

Pelajaran dari Perang Uhud
Pelajaran paling berharga dari Perang Uhud adalah adanya kesalahan fatal yang dilakukan pasukan pemanah yang melanggar perintah komandan militer. Komandan mereka, Abdullah bin Zubair, telah mengingatkan mereka akan instruksi Rasulullah saw. yang harus dipatuhi, yaitu jangan sekali-kali meninggalkan posisi mereka. Akan tetapi, peringatan itu tidak mereka hiraukan, bahkan mereka meninggalkan celah yang seharusnya mereka jaga. Inilah kesalahan mereka.
Pasukan kaveleri Qurays yang dipimpin Khalid bin Walid (sebelum masuk Islam) tidak menytia-nyiakan kesempatan ini. Mereka berputar mengelilingi bukit untuk menerobos dari belakang melalui celah yang ditinggalkan itu.
Akibat serangan itu, pasukan Islam menjadi kocar-kacir; banyak di antara mereka yang terbunuh dan melarikan diri; banyak juga yang terluka, termasuk Rasulullah saw. Beliau terluka cukup serius akibat kepungan pasukan kafir yang berhasil menerobos sampai ke hadapan beliau. Mereka lalu menyerang beliau sampai gigi geraham beliau patah. Mereka juga berhasil membunuh Mush’ab bin Umair – pemegang bendera (raya’) perang --- di hadapan Rasulullah saw. Rasul pun segera memberikan bendera itu kepada Ali bin Abi Thalib. (lihat Sirah Rasul).
Sekalipun demikian, Rasulullah saw sebagai panglima perang yang jenius dalam memimpin perang, mampu menerobos dan memecahkan kepungan itu sehingga pasukan Qurays yang sudah di atas angin tidak mampu menyelsaikan perang dengan tuntas.
Dalam perhitungan militer, gugurnya 70 orang syuhada (10% dari 700 personel) tidak menjatuhkan kekuatan kaum Muslim. Fakta sejarah menunjukkan bahwa sekalipun ada opini kalah dalam Perang Uhud, tentara kaum Muslim tetap siaga dalam menjaga negara dan membela agama mereka. [FA]