Social Icons

Pages

Rabu, 10 September 2008

PERJANJIAN HUDAIBIYAH (Bagian 2)

Baiat ar-Ridhwan
Utusan dari pihak Quraisy tetap tidak berhasil meyakinkan penduduk Makkah, bahwa maksud kedatangan Rasulullah saw. dan rombongannya adalah untuk menunaikan umrah. Perundingan di antara kedua belah pihak menemui jalan buntu. Masing-masing pihak bersikukuh dengan maksudnya. Rasulullah saw. ingin tetap terus mengunjungi Baitullah, sementara pihak Quraisy tidak mengizinkannya dan menghalang-halangi kedatangan kaum Muslim.

Akhirnya, Rasulullah saw. mengambil inisiatif, memanggil Khirasy bin Umayah al-Khuzai, lalu mengutusnya guna menemui orang-orang Quraisy. Beliau menyerahkan untanya kepada Khirasy bin Umayah dan memerintahkan untuk menyampaikan pesan kepada orang-orang Qurasiy. Tatkala Khirasy bin Umayah sampai di tempat orang-orang Quraisy, mereka justru menyembelih unta yang ditunggangi Khirasy, dan bermaksud hendak membunuh Khirasy bin Umayah. Akan tetapi, hal itu dicegah oleh sebagian lainnya. Mereka melepaskan Khirasy dan kembali ke tempat Rasulullah saw.
Di tengah-tengah ketegangan yang semakin memuncak, pihak Quraisy melakukan provokasi agar Rasulullah saw. terpancing melakukan peperangan. Dengan itu, pihak Quraisy mempunyai alasan bahwa Rasulullah saw. yang pertama kali memulai peperangan, dan untuk itu layak dihukum. Pihak Quraisy juga ingin menunjukkan bahwa kunjungan Rasulullah saw. ke Baitullah hanyalah kedok untuk melakukan serangan tiba-tiba terhadap penduduk Makkah.
Akan tetapi, provokasi mereka menemui kegagalan. Rasulullah saw. tetap tidak terpancing untuk melakukan serangan atau memulai peperangan. Pihak Quraisy pun menunggu-nunggu langkah apa yang akan dilakukan Rasulullah saw. selanjutnya.
Kemudian Rasulullah saw. memanggil Utsman bin Affan, memerintahkannya untuk menemui Abu Sufyan bin Harb dan tokoh-tokoh Quraisy lainnya, sekaligus menjelaskan kepada mereka bahwa beliau tidak datang untuk berperang, namun untuk mengunjungi Baitullah dan mengagungkannya.
Utsman bin Affan berangkat ke Makkah dan berjumpa dengan Abban bin Said bin al-Ash. Abban bin Said memberikan perlindungan kepadanya hingga ia bisa menyampaikan pesan Rasulullah saw. Sesudah itu Utsman menjumpai Abu Sufyan bin Harb dan tokoh-tokoh Quraisy, lalu menyampaikan pesan Rasulullah saw kepada mereka. Selesai menyampaikan pesannya, mereka berkata kepada Utsman, "Apabila engkau ingin melakukan thawaf, silakan saja."
Utsman bin Affan menjawab, "Aku tidak akan melakukan thawaf hingga Rasulullah saw yang memulai thawaf."
Utsman bin Affan ditahan oleh orang-orang Quraisy di tempat mereka. Akan tetapi, berita yang sampai kepada Rasulullah saw. dan kaum Muslim adalah Utsman bin Affan dibunuh. Berita yang masih simpang-siur mengenai Utsman membuat Rasulullah saw. dan kaum Muslim mempertimbangkan langkah-langkah berikutnya.
Tatkala Rasulullah saw. memperoleh berita bahwa Utsman bin Affan dibunuh, beliau bersabda, "Kita tidak pulang hingga mengalahkan kaum tersebut."
Beliau lalu mengajak kaum Muslim untuk berbaiat. Lalu berlangsunglah Baiat ar-Ridhwan yang dilakukan di bawah pohon. Mereka bertekad bulat, jika memang benar Utsman bin Affan dibunuh, mereka akan menyerang dan memerangi penduduk Makkah sampai mati.
Akan tetapi, tidak lama kemudian Utsman bin Affan kembali ke perkemahan Rasulullah saw. Ia melaporkan apa yang telah dilihat dan dilakukannya. Sementara itu, ketegangan di antara kedua belah pihak mulai mencair.

Perjanjian Hudaibiyah
Kemudian orang-orang Quraisy mengutus Suhail bin Amr, saudara Bani Amir bin Luai kepada Rasulullah saw. Mereka berkata kepada Suhail, "Pergilah kepada Muhammad, berdamailah dengannya, dan isi perdamaian itu adalah bahwa ia harus pergi dari tempat kita tahun ini. Demi Allah, orang-orang tidak boleh memperbincangkan kita bahwa ia datang kepada kami dengan kekerasan."
Suhail bin Amr berjumpa dengan Rasulullah saw. Melihat kedatangannya, Rasulullah saw bersabda, "Orang-orang Quraisy menginginkan perdamaian dengan mengutus orang ini."
Perundingan berlangsung sangat alot. Jalannya perundingan disaksikan oleh seluruh rombongan Rasulullah saw. Tatkala segala sesuatunya sudah beres dan tinggal penulisan (teks perjanjian), Umar bin al-Khaththab berdiri dan mendatangi Abu Bakar. Ia tampak kurang berkenan dengan berbagai klausul perjanjian, tetapi jawaban Abu Bakar tidak memuaskannya. Kemudian Umar mendatangi Rasulullah saw. dan bertanya kepada Rasulullah saw., "Wahai Rasulullah, bukankah engkau adalah utusan Allah?"
Rasulullah saw menjawab, "Ya, memang benar."
Umar bertanya lagi, "Bukankah kita ini adalah kaum Muslim?"
Rasulullah saw. Menjawab, "Ya, memang benar."
Umar berkata lagi, "Bukankah mereka itu adalah orang-orang musyrik?"
Rasulullah saw. Menjawab, "Ya, memang benar."
Umar berkata, "Jika demikian, mengapa kita menerima kehinaan untuk agama kita?"
Lalu Rasulullah saw. Menjawab, "Aku adalah hamba Allah dan Rasul-Nya. Aku tidak akan menentang perintah Allah dan Dia tidak akan melalaikan aku."
Sesaat kemudian, Rasulullah saw. memanggil Ali bin Abi Thalib ra. dan berkata kepadanya, "Tulislah: Bismillâhirrahmânirrahîm."
Suhail bin Amr menukas, "Aku tidak mengenal kata-kata itu. Tulis saja Bismikallâhumma.
Rasulullah saw. pun berkata kepada Ali, "Tulislah Bismikallâhumma."
Ali bin Abi Thalib pun menuliskannya. Rasulullah saw. melanjutkan perkataannya kepada Ali, "Tulislah: Ini adalah perjanjian antara Rasulullah dan Suhail bin Amr."
Suhail bin Amr menukas, "Jika aku memandangmu sebagai Rasulullah, aku pasti tidak akan memerangimu. Tulis saja namamu dan nama ayahmu."
Rasulullah saw. pun berkata kepada Ali, "Tulislah: Ini adalah perjanjian antara Muhammad bin Abdullah dan Suhail bin Amr. Keduanya berjanji untuk menghentikan perang selama 10 tahun. Masing-masing pihak memberikan keamanan selama jangka waktu tersebut. Masing-masing pihak saling menahan diri terhadap pihak lainnya. Barangsiapa di antara orang-orang Quraisy datang kepada Muhammad tanpa izin pemiliknya (walinya), maka ia harus dikembalikan kepadanya. Barangsiapa di antara pengikut Muhammad pergi kepada orang-orang Quraisy, maka ia tidak dikembalikan kepadanya. Kita harus menjalankan isi perjanjian. Pencurian dan pengkhianatan tidak diperbolehkan. Barangsiapa ingin bergabung dengan perjanjian Muhammad, maka ia masuk ke dalamnya. Barangsiapa yang ingin bergabung dengan perjanjian orang-orang Quraisy, maka ia pun masuk ke dalamnya."
Orang-orang Khuza'ah berdiri, lalu berkata, "Kami bergabung ke dalam perjanjiannya Muhammad."
Orang-orang Bani Bakr juga berdiri lalu berkata, "Kami bergabung ke dalam perjanjiannya orang-orang Quraisy."
Isi perjanjian tersebut lanjutannya adalah: Engkau (Muhammad) pulang dari tempat kami tahun ini dan tidak boleh memasuki Makkah pada tahun ini. Tahun depan kami keluar Makkah, kemudian engkau memasuki Makkah dengan para sahabatmu. Engkau berada di sana selama tiga hari dengan membawa senjata layaknya seorang musafir, yaitu pedang di sarungnya dan tidak diperkenankan membawa persenjataan lainnya.
Setelah menyelesaikan perjanjian, Rasulullah saw. berjalan ke arah hewan sembelihannya, lalu menyembelihnya; beliau pun duduk dan mencukur rambutnya (tahallul). Kaum Muslim yang masih memendam kekecewaan terhadap klausul Perjanjian Hudaibiyah, tatkala menyaksikan beliau menyembelih hewan sembelihan dan mencukur rambut, mereka pun segera mengikuti apa yang dilakukan Rasulullah saw.
Usai menyelesaikan seluruh keperluan kaum Muslim, Rasulullah saw. kembali ke kota Madinah. Pada saat beliau berada diantara Makkah dan Madinah, turunlah surat al-Fath. Sejak peristiwa ini tidak ada orang yang membicarakan Islam melainkan ia pasti masuk ke dalamnya. Dalam jangka waktu dua tahun setelah peristiwa Perjanjian Hudaibiyah, orang-orang yang masuk Islam jumlahnya sama dengan jumlah orang-orang yang masuk Islam sebelum periode tersebut, bahkan lebih banyak lagi. [AF]