Social Icons

Pages

Minggu, 13 April 2008

MEMPERINDAH HATI


MEMPERINDAH HATI


Setiap manusia tentulah sangat menyukai dan merindukan keindahan. Banyak orang
yang menganggap keindahan adalah pangkal dari segala puji dan harga. Tidak usah
heran kalau banyak orang memburunya. Ada orang yang berani pergi beratus bahkan
beribu kilometer semata-mata untuk mencari suasana pemandangan yang indah. Banyak
orang rela membuang waktu untuk berlatih mengolah jasmani setiap saat karena
sangat ingin memiliki tubuh yang indah. Tak sedikit juga orang berani membelanjakan
uangnya berjuta bahkan bermilyar karena sangat rindu memiliki rumah atau kendaraan
mewah.


Akan tetapi, apa yang terjadi? Tak jarang kita menyaksikan betapa terhadap
orang-orang yang memiliki pakaian dan penampilan yang mahal dan indah, yang
datang ternyata bukan penghargaan, melainkan justru penghinaaan. Ada juga orang
yang memiliki rumah megah dan mewah, tetapi bukannya mendapatkan pujian, melainkan
malah cibiran dan cacian. Mengapa keindahan yang tadinya disangka akan mengangkat
derajat kemuliaan malah sebaliknya, padahal kunci keindahan yang sesungguhnya
adalah jika sesorang merawat serta memperhatikan kecantikan dan keindahan hati.
Inilah pangkal kemuliaan sebenarnya.


Rasulullah SAW pakaiannya tidak bertabur bintang penghargaan, tanda jasa,
dan pangkat. Akan tetapi, demi Allah sampai saat ini tidak pernah berkurang
kemuliaannya. Rasulullah SAW tidak menggunakan singgasana dari emas yang gemerlap,
ataupun memiliki rumah yang megah dan indah. Akan tetapi, sampai detik ini sama
sekali tidak pernah luntur pujian dan penghargaan terhadapnya, bahkan hingga
kelak datang akhir zaman. Apakah rahasianya? Ternyata semua itu dikarenakan
Rasulullah SAW adalah orang yang sangat menjaga mutu keindahan dan kesucian
hatinya.


Rasulullah SAW bersabda, "Ingatlah, dalam tubuh manusia itu ada segumpal
daging. Kalau segumpal daging itu baik, maka akan baiklah seluruh tubuhnya.
Tetapi, bila rusak, niscaya akan rusak pula seluruh tubuhnya. Segumpal daging
itu bernama qolbu!" (HR. Bukhari dan Muslim).


Boleh saja kita memakai segala apapun yang indah-indah. Namun, kalau tidak
memiliki hati yang indah,demi Allah tidak akan pernah ada keindahan yang sebenarnya.
Karenanya jangan terpedaya oleh keindahan dunia. Lihatlah, begitu banyak wanita
malang yang tidak mengenal moral dan harga diri. Mereka pun tidak kalah indah
dan molek wajah, tubuh, ataupun penampilannya. Kendatipun demikian, mereka tetap
diberi oleh Allah dunia yang indah dan melimpah.


Ternyata dunia dan kemewahan bukanlah tanda kemuliaan yang sesungguhnya karena
orang-orang yang rusak dan durjana sekalipun diberi aneka kemewahan yang melimpah
ruah oleh Allah. Kunci bagi orang-orang yang ingin sukses, yang ingin benar-benar
merasakan lezat dan mulianya hidup, adalah orang-orang yang sangat memelihara
serta merawat keindahan dan kesucian qalbunya.


Imam Al Ghazali menggolongkan hati ke dalam tiga golongan, yakni yang sehat
(qolbun shahih), hati yang sakit (qolbun maridh), dan hati yang mati (qolbun
mayyit).


Seseorang yang memiliki hati sehat tak ubahnya memiliki tubuh yang sehat. Ia
akan berfungsi optimal. Ia akan mampu memilih dan memilah setiap rencana atas
suatu tindakan, sehingga setiap yang akan diperbuatnya benar-benar sudah melewati
perhitungan yang jitu berdasarkan hati nurani yang bersih.


Orang yang paling beruntung memiliki hati yang sehat adalah orang yang dapat
mengenal Allah Azza wa Jalla dengan baik. Semakin cemerlang hatinya, maka akan
semakin mengenal dia. Penguasa jagat raya alam semesta ini. Ia akan memiliki
mutu pribadi yang begitu hebat dan mempesona. Tidak akan pernah menjadi ujub
dan takabur ketika mendapatkan sesuatu, namun sebaliknya akan menjadi orang
yang tersungkur bersujud. Semakin tinggi pangkatnya, akan membuatnya semakin
rendah hati. Kian melimpah hartanya, ia akan kian dermawan. Semua itu dikarenakan
ia menyadari, bahwa semua yang ada adalah titipan Allah semata. Tidak dinafkahkan
di jalan Allah, pasti Allah akan mengambilnya jika Dia kehendaki.


Semakin bersih hati, hidupnya akan selalu diselimuti rasa syukur. Dikaruniai
apa saja, kendati sedikit, ia tidak akan habis-habisnya meyakini bahwa semua
ini adalah titipan Allah semata, sehingga amat jauh dari sikap ujub dan takabur.
Persis seperti ucapan yang terlontar dari lisan Nabi Sulaiman AS, tatkala dirinya
dianugerahi Allah berbagai kelebihan, "Haadzaa min
fadhli Rabbii, liyabluwani a-asykuru am afkuru." (QS. An Naml [27] : 40)
.
Ini termasuk karunia Tuhanku, untuk mengujiku apakah aku
mampu bersyukur atau malah kufur atas nikmat-Nya.


Suatu saat bagi Allah akan menimpakkan ujian dan bala. Bagi orang yang hatinya
bersih, semua itu tidak kalah terasa nikmatnya. Ujian dan persoalan yang menimpa
justru benar-benar akan membuatnya kian merasakan indahnya hidup ini. Karena,
orang yang mengenal Allah dengan baik berkat hati yang bersih, akan merasa yakin
bahwa ujian adalah salah satu perangkat kasih sayang Allah, yang membuat seseorang
semakin bermutu.


Dengan persoalan akan menjadikannya semakin bertambah ilmu. Dengan persoalan
akan bertambahlah ganjaran. Dengan persoalan pula derajat kemuliaan seorang
hamba Allah akan bertambah baik, sehingga ia tidak pernah resah, kecewa, dan
berkeluh kesah karena menyadari bahwa persoalan merupakan bagian yang harus
dinikmati dalam hidup ini.


Oleh karenanya, tidak usah heran orang yang hatinya bersih, ditimpa apapun
dalam hidup ini, sungguh bagaikan air di relung lautan yang dalam. Tidak pernah
akan berguncang walaupun ombak badai saling menerjang. Ibarat karang yang tegak
tegar, dihantam ombak sedahsyat apapun tidak akan pernah roboh. Tidak ada putus
asa, tidak ada keluh kesah berkepanjangan. Yang ada hanya kejernihan dan keindahan
hati. Ia amat yakin dengan janji Allah, "Laa yukalifullahu
nafasan illa wus’ahaa." (QS. Al Baqarah [2] : 286).
Allah
tidak akan membebani seseorang, kecuali sesuai dengan kesanggupannya. Pasti
semua yang menimpa sudah diukur oleh-Nya. Mahasuci Allah dari perbuatan zhalim
kepada hamba-hamba-Nya.


Ia sangat yakin bahwa hujan pasti berhenti. Badai pasti berlalu. Malam pasti
berganti menjadi siang. Tidak ada satu pun ujian yang menimpa, kecuali pasti
akan ada titik akhirnya. Ia tidak berubah bagai intan yang akan tetap kemilau
walaupun dihantam dengan apapun jua.


Memang luar biasa orang yang memiliki hati yang bersih. Nikmat datang tak
pernah membuatnya lalai bersyukur, sementara sekalipun musibah yang menerjang,
sama sekali tidak akan pernah mengurangi keyakinan akan curahan kasih sayang-Nya.
Semua itu dikarenakan ia bisa menyelami sesuatu secara lebih dalam atas musibah
yang menimpa dirinya, sehingga tergapailah sang mutiara hikmah. Subhanallaah,
sungguh teramat beruntung siapapun yang senantiasa berikhtiar dengan sekuat-kuatnya
untuk memperindah qolbunya.



(Sumber : Tabloid MQ EDISI 05/TH.1/SEPTEMBER 2000)