Social Icons

Pages

Kamis, 13 Maret 2008

Antara Menpora dan Sofa

Aku ingin bercerita tentang FKMKI fair. Sebuah episode yang sarat akan pelajaran tentang kerja keras, semangat, nilai-nilai persaudaraan , dan kekuatan doa. Ada banyak kenangan yang terukir disana, sehingga terlalu sayang jika tidak diabadikan dalam tulisan.
Semuanya bermula dari ‘mimpi’ seorang akhwat. Mimpi untuk mengadakan acara Training Model Manusia Muslim (TM3). Dahulu, ketika ia masih maba (masih culun-culunnya) pernah diadakan acara seperti ini dan ternyata hal itu sangat membekas di hatinya. Dia ingin acara seperti itu diulang lagi, karena tidak cukup baginya jika kesan itu hanya dirasakannya sendiri. Melihat semangatnya yang menggebu-gebu, departemen syiar FKMKI akhirnya mengamanahkan beliau untuk menjadi coaster pada sebuah big event FKMKI. Didalamnya terdapat kegiatan TM3 (seperti yang diimpikan coaster), DIARY (Dialog Anak Negeri), dan FKMKI peduli. Big Event ini bernama FKMKI Fair
Kepanitiaan pun terbentuk. Dengan semangat juang 45, kepanitiaan di tingkat SC menggodok habis-habisan konsep FKMKI fair dengan segala macam kreativitas pikiran yang coba tuk dicurahkan. Konsep yang sudah matang kemudian dipaparkan ke tataran OC untuk direalisasikan dalam bentuk kerja-kerja teknis. Disinilah pelajaran akan kerja keras itu berasal. Wajah-wajah yang kusut sehabis kuliah, bahu yang keletihan mengemban amanah di mana-mana , serta dompet yang semakin seret akan kocek bukanlah halangan untuk bekerja. Karena keyakinan akan janji Allah bagi orang yang berjuang dalam dinNya adalah nafas yang senantiasa menghidupkan semangat juang para panitia. (Ukhti…surga Allah menanti) . Bagi panitia akhwat, tiada hari tanpa menjual coki-coki. Sedangkan ikhwan, entahlah. barangkali tiada momen tanpa sosialisasi kegiatan. Setidaknya itulah aktivitas rutin panitia pada hari-hari terakhir menjelang kegiatan FKMKI Fair.
Perjalanan waktu yang terasa amat singkat akhirnya mengantarkan kami pada acara yang ditunggu-tunggu. Rangkaian FKMKI Fair diawali dengan kegiatan FKMKI peduli.Kegiatan ini adalah realisasi kepedulian FKMKI pada anak yatim dan kaum dhuafa. Sehari sebelumnya, seorang akhwat telah diamanahkan untuk berkoordinasi dengan pihak panti asuhan. Tapi amanah ini dialihkan ke saya karena akhwat tersebut sedang mengikuti ujian sidang pada hari bersamaan. Subhanallah, akhwat ini hanya beristirahat sehari dari amanah FKMKI karena “terpaksa” mengikuti ujian sidang dalam meraih gelar sarjananya. Lalu kita?berapa bulan kita cuti dakwah untuk mengejar penelitian yang tak kunjung selesai. Disinilah kita seharusnya belajar tentang bagaimana membangun komitmen dan loyalitas terhadap dakwah Bahwa mengejar prestasi akamdemik tidak harus membuat kita lari dari amanah.(Afwan, ini sekedar intermezzo. Tepatnya sebuah pesan bagi mereka yang takut akademiknya “terganggu” oleh dakwah)
Acara berlangsung sederhana, namun sarat akan nilai-nilai persaudaraan. Berbaur dengan anak yatim dan kaum dhuafa, bermain bersama, seperti ingin mengetuk nurani kita yang kadang angkuh untuk mengakui bahwa kita dan mereka adalah saudara , dan sebagai saudara mereka berhak mendapatkan kasih sayang dan perhatian kita.
Hari kedua adalah hari paling mendebarkan. Mendebarkan karena acara DIARI yang digelar hari itu seperti sebuah pertarungan reputasi seorang akhwat. Bagaimana tidak, pengelola gedung tidak akan percaya lagi dengan akhwat ini (Akhwat yang dikenal paling jago melobi birokrat) jika jumlah peserta dalam kegiatan ini kurang dari 500. Hitung-hitungan matematis panitia bahkan tak mampu menjangkau 2/3 nya. Dari mana bisa mencari orang sebanyak ini? padahal lazimnya kegiatan LDK tidak lebih dari 200 peserta. Disinilah kekuatan doa berbicara. Seandainya kekuatan itu hanya berasal dari kerja keras panitia, mungkin menghadirkan 400 orang peserta saja susah. Tapi ada tangan Allah disana. Tangan yang terulur bagi orang yang menghiasi malamnya dengan munajat kepadaNya sembari mengokohkan niat dalam hati untuk semata mencari keridhaanNya.Tanpa diduga, jumlah peserta yang datang melebihi target. Peserta yang awalnya diperkirakan hanya 400 orang ternyata membludak menjadi 700 lebih. Subhanallah, nikmat yang mana lagi yang mampu kami dustakan??Tapi ada kejadian lucu pada hari itu. Pemateri sudah dalam perjalanan ke gedung sementara sofa atau tempat duduk pemateri diatas podium belum juga datang. Akhwat yang berkoordinasi dengan penjemput staf menpora menyuruh supir untuk memperlambat jalannya mobil. Sementara akhwat yang berkoordinasi dengan penjemput sofa menyuruh mereka cepat-cepat mengambil sofanya.Akhirnya terjadi kejar-kejaran waktu antara menpora dan sofa.
Alhamdulillah, sofa sampai ke gedung beberapa menit sebelum pemateri datang.
Inilah sepenggal cerita yang sempat kuuraikan, sebagai pertanda terima kasih dan kebanggaan yang mengharu biru terhadap panitia dengan segenap kerja keras dan usahanya. Percayalah, senyum-senyum kelelahan kalian adalah ukiran kebanggan yang terpahat dalam sejarah kebesaran FKMKI.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

assalamu'alaikum...subhanallah..mengingat hal ini, rasanya air mata tiada tertahan tuk menetes merasakan betapa dekatnya pertolongan Allah kepada hamba2nya, betapa indahnya ukhwah dan betapa kekuatan doa itu tiada lagi yang prlu diragukan...
bicara tentang doa, ana teringat sms dari teman akhwat kira2 sprti ini .."ukhti...besok (jum'at,22/02/08 rapat terakhir evaluasi fkmki fair,jangan lewatkan malam ini tanpa munajat kepadaNya,bertahajjud dan berdoa semoga Allah memudahkan setiap kerja2 kita dan membalas apa yg kita perbuat dengan apa yang telah dijanjikannya,Amin!,semoga Allah menggerakkan hati2 teman2 kita tuk berpartisipasi dalam Ffair ini.."