Social Icons

Pages

Minggu, 09 Maret 2008

Dia Yang Telah Pergi ( Sepenggal Episode Kehidupan Dr. Mansyur Semma, M.Si)

Tidak ada seorang pun yang mampu menebak akhir kehidupan manusia. Tidak juga kita. Sebab bukan kita yang menentukan perjalanan hidup ini. Bahkan nyawa yang melekat di tubuh kita tidak mampu kita atur kapan perginya. Ada yang memiliki semuanya. Ketika sang pemilik berkenan mengambil kembali kepunyaanNya, tak ada yang bisa kita lakukan kecuali berpasrah diri sepenuh hati atas segala kehendaknya. Lalu masih adakah hati yang berani merasa "memiliki" dihadapannya?

Rasanya baru kemarin aku melihat wajah itu. Wajah yang bersih, segar dan putih, meski keindahannya tertutupi dengan kacamata hitam. Aku tidak pernah melihat seperti apa bentuk mata yang tersembunyi di dalam kacamata hitam itu. Bahkan pemiliknya pun mungkin sudah lama tak melihat matanya sendiri di cermin. Yah, sejak peritiwa mall praktek merenggut penglihatannya 6 tahun lalu, ia tak lagi bisa memandang dunia. Menyaksikan cakrawala yang berpendar kemerahan di akhir senja ataupun menikmati sisa hujan yang menetes bak embun di pagi hari barangkali adalah mimpi yang coba dikuburnya dalam-dalam. Dia lebih memilih bersabar dengan ketetapan Allah atas dirinya ketimbang menuntut pertanggungjawaban sang dokter yang ia yakini tak sengaja membutakan kedua matanya. Bagi kita, mata adalah jendela dunia. Disanalah kita memandang kehidupan lalu mengambil pelajaran didalamnya. Tapi dia memandang kehidupan dengan cara yang berbeda. Tidak ada warna ataupun bentuk. Semuanya hanya gelap,hitam pekat. Tapi mendengarkan, baik dari mahasiswanya ataupun dari koran yang dibacakan tiap pagi untuknya adalah peran yang ia lakoni selalu. Makanya, tak heran kalau dalam kondisinya yang terbatas, ia masih mampu menjalankan profesinya sebagai seorang dosen. Tidak hanya itu, dia juga sering mengisi materi di berbagai acara kemahasiswaan, menulis artikel di berbagai media, dan aktif di beberapa organisasi. Di akhir hidupnya, dia masih bisa mengukir prestasi besar yaitu menyelesaikan gelar doktor di bidangnya. (Allah...betapa adilnya engkau).

Aku tersentak ketika mendengar kabar kematian itu. Tepatnya ketika melihat ada keranda jenazah yang diusung ke rektorat dan ternyata itu keranda jenasahnya Dr. Mansyur Semma,M.si. Doktor, yang menginspirasi banyak orang untuk tidak berhenti berkarya, yang pemikiran-pemikirannya cerdas, yang tidak surut langkahnya karena keterbatasan, telah dipanggil oleh Allah. Ada getar sedih dalam hati ketika sadar telah kehilangan sosok seorang pejuang.Tapi kesadaran akan kelemahan manusia sebagai hamba membuat hati ikhlas menerima ketetapannya. Barangkali, dunia yang rapuh mulai lelah menemani perjuangan hidupmu. Atau Allah tidak berkenan membiarkanmu lebih lama dalam penjara dunia.


Selamat jalan Dr. Mansyur Semma,M.si

Semoga Allah menempatkanmu dalam JannahNya

Dunia kampus akan selalu menanti

Kehadiran 'orang besar' sepertimu











By : Jundi FKMKI Farma

Ditulis di akhir senja yang mengantar kepergian beliau

0 komentar: